GURU MIM BANARAN SAMBUNGMACAN

GURU MIM BANARAN SAMBUNGMACAN

siswa

siswa

.

Q.S. Ali Imran : 104

"DAN HENDAKLAH ADA DI ANTARA KAMU SEGOLONGAN UMAT YANG MENYERU KEPADA KEBAJIKAN, MENYURUH KEPADA YANG MA’RUF DAN MENCEGAH DARI YANG MUNKAR; MEREKALAH ORANG-ORANG YANG BERUNTUNG.” (Q.S. ALI IMRAN [3]: 104)

KH. AHMAD DAHLAN

"HIDUP-HIDUPILAH MUHAMMADIYAH DAN JANGAN MENCARI HIDUP DI MUHAMMADIYAH"

MIM BANARAN PADA KEGIATAN USAID PRIORITAS KABUPATEN SRAGEN MODUL III



MENINGKATKAN AKREDITASI GURU MIM BANARAN SAMBUNGMACAN
DALAM KEGIATAN PELATIHAN MODUL III
USAID PRIORITAS KABUPATEN SRAGEN
 





            Dinas Pendidikan Kabupaten, Kantor Kementerian Agama  Seksi Pendidikan Madrasah Kab. Sragen, bekerjasama USAID Prioritas Jateng. Mengadakan Pelatihan Modul III, Tentang Praktek Yang Baik Dalam Pembelajaran SD dan MI yang dilaksanakan di aula Badan Diklat Kabupaten Sragen. Yang alah satu Pesertanya berasal dari sekolah mitra USAID Prioritas Jateng,  yaitu MIM Banaran Sambungmacan.
Iswatik,S.Ag (Kepala Madrasah MIM Banaran Sambungmacan) dalam kegiatan ini Sebagai fasilitator pelatihan yang  sudah mendapatkan TOT dari USAID Prioritas, yang biasa disebut Fasda (fasilitator daerah) Sragen.
            Dalam sambutanya Dewajani Sitouresmi ( District Cordinator USAID Prioritas Kab. Sragen), membacakan temuan dari COP USAID Prioritas Bp. Stewart Weston ; “ Banyak hasil yang menyenangkan, dan guru yang semangat. Banyak siswa menceritakan KBM (kegiatan belajar mengajar) yang menarik. Banyak RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), LK (Lembar Kerja) dan media pembelajaran yang sudah dibuat,  tapi salah satu catatan belum tampak banyak hasil karya siswa yang panjang dan teliti. Yang perlu menjadikan refleksi kita bersama, Mengapa siswa jarang menulis laporan, cerita, karangan yang panjang dan teliti?, Apakah dianggap tidak penting?, Apakah mereka tidak diberi waktu?, Tantangan, dalam praktik mengajar TOT kami mengharapkan akan ada tulisan anak yang "panjang, teliti dan menarik, terdokumentasi dengan baik “.
Dilanjutkan pengarahan dan membuka pelatihan oleh Drs. Turdiyanto,MM (Kabid Tendik), mewakili Kepala Dinas Pendidikan Kab. Sragen, mengatakan; Pelatihan bagi guru kelas awal itu sangat penting. Menangani siswa kelas 1 sampai kelas 3 saat yang paling penting dalam perkembangan siswa. Pelatihan modul 3 ini sangat pas dengan kebutuhan bapak ibu guru kelas awal dan kelas tinggi, karena diajak untuk mempelajari  tentang membaca, membaca dan membaca lagi. Mulai membaca terbimbing hingga membaca mandiri. Ini sangat penting. Guru kelas 1 biasanya senior, guru yang baru tidak berani menangani anak kelas 1, karena memang menangani anak kelas 1 itu paling berat. Pelatihan ini penting untuk dipelajari bersama, tidak hanya untuk guru tetapi juga untuk kepala sekolah dan pengawas. Pembelajaran kelas awal, hendaknya menggunakan metode yang bermacam-macam, karena karakteristik anak kelas awal ini sangat beragam, belum bisa diarahkan dengan mudah. Metode yang beragam ini yang membuat anak bisa menceritakan kembali apa yang dipelajari. Kalau dulu ini namanya didaktik metodik. Sehingga guru memang harus punya kompetensi di bidang ini. Kompetensi guru ada 4 hal, yaitu kompetensi pedagogik; harus dikuasai karena langsung berhubungan dengan anak didik, guru harus memiliki pemahaman tentang anak didik dan mampu mengembangkannya. Yang kedua kompetensi sosial; guru harus bisa memberikan arahan sosialisasi untuk anak. Guru harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan anak didik. Ketiga; kompetensi kepribadian, salah satu yang dilihat adalah penampilan. Mulai kepala sampai sepatu akan dilihat oleh siswa, sikap ini akan selalu dilihat oleh anak. Segala sikap dan tingkah laku guru akan dilihat oleh anak. Tutur bahasa guru akan dilihat oleh anak. Keempat adalah kompetensi professional  yaitu penguasaan materi pembelajarn secara luas dan mendalam. Kompetensi guru harus dikuasai. Setiap guru wajib untuk meningkatkan kompetensi masing-masing. Hasil uji kompetensi tahun 2015, Kabupaten Sragen adalah nomor 2 dari bawah, bertahan dari tahun sebelumnya. Itu rata-rata gabungan dari TK hingga SMA/SMK. Kalau dilihat per jenjang, SD menduduki rangking 1 dari bawah. Ini baru hasil tingkat Jawa Tengah, belum tingkat nasional. Kompetensi guru harus mulai ditingkatkan, dan ini dimulai dari membaca. Luangkan waktu untuk membaca. Mari kita bekerja bersama-sama untuk memajukan pendidikan di Sragen. Sesuai dengan tupoksi masing-masing. Kedisiplinan harus kita tingkatkan.
Selain itu, guru sudah mendapatkan tunjangan profesi. Seharusnya itu bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kompetensi guru. Mari kita berusaha bersama secara maksimal. Guru itu harus sarjana, bisa meningkatkan ke S2 atau S3. Kalau guru bukan sarjana, maka nanti akan diturunkan menjadi administrasi sekolah. Pengawas juga demikian. Yang tidak bisa naik ke 4B, maka akan turun menjadi fungsional umum dan pensiun pada umur 48 tahun. Nah setelah ada sertifikasi harus membuat karya ilmiah. Maka dari ini, terkait dengan kegiatan hari ini, manfaatkan dengan baik kesempatan belajar ini. Karena pelatihan ini merupakan sarana untuk meningkatkan kompetensi guru dalam akreditasi guru SD & MI.



Materi pelatihan hari pertama  Program membaca berimbang ;  membaca bersama, membaca terbimbing. Kedua; Program membaca berimbang ; membaca mandiri. Merancang program membaca berimbang. Pengelolaa buku bacaan berjenjang. Persiapan & praktek mengajar ( memilih buku dan merancang kegiatan mengajar ) dan simulasi. Persiapan dan praktek mengajar (Simulasi). Penjelasan pelaksanaan praktek kesekolah. Hari ketiga; Praktek mengajar, refleksi bersama praktek mengajar, portofolio & gambaran umum monitoring .
Ditempat yang sama, tanggal 3,4,5,6, Maret 2016. Dilanjutkan pelatihan yang baik dalam Manajemen Sekolah dan Madrasah, Jenjang SD & MI. Peserta sebanyak 85 orang, dan setiap sekolah mitra mengirim 5 orang, terdiri dari kepala sekolah, 2 guru & 2 komite sekolah. Turut diundang Pengawas UPT Kec. Sragen, Kec. Sambungmacan dan pengawas pendidikan madrasah dari Kantor Kementrian Agama Kabupaten Sragen.
Materi pelatihan, yaitu gambaran umum monitoring program oleh USAID Prioritas, Kaji ulang kemajuan sekolah, pembahasan rencana tindak lanjut pembelajaran, mengembangkan budaya baca, mendengar aktif, peran kepala sekolah dalam peningkatan mutu pembelajaran, peran guru peningkatan mutu pembelajaran, peran komite peningkatan mutu pembelajaran, perencanaan sekolah, sikap dan tindakan pemangku kewajiban terhadap peningkatan mutu sekolah, penyusunan rencana tindak lanjut manajemen berbasis sekolah.



Pada kesempatan tersebut, dilakukan tukar pengalaman dari komite sekolah  MIM Banaran, Kecamatan Sambungmacan, Santoso Budi,SH,MH (ketua). Memaparkan pengalaman manajemen komite sekolah, bagaimana mewujudkan perkembangan sekolah. Manajemen organisasi dalam membantu  sekolah membuat rencana jangka pendek dan panjang, bagaimana membangun jaringan antara sekolah, dengan alumni, donator yang peduli pada pendidikan,  dan transparasi anggaran dengan memanfaatkan internet, media social. Setelah bermitra dengan USAID Prioritas Jateng, mendapat pendampingan intensif dari fasilitator daerah, perubahan dalam mengajar dan media pembelajaran yang lebih menyentuh aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Pada pameran pendidikan yang diadakan oleh Kementrian Agama Jawa Tengah bekerjasama dengan USAID Prioritas, Maret 2015,  MIM Banaran, mendapat juara 2, selain itu dengan pendekatan yang memperhatikan knowledge, Skill & attitude, proses belajar mengajar lebih kreatif, inovatif , produktif dan anak didik menjadi lebih percaya diri, ini terbukti saat pameran tingkat Jawa Tengah, siswa yang menjaga pameran dihadapan orang banyak yang belum dikenal mampu menjelaskan dengan sikap penuh percaya diri.
Penutupan pelatihan oleh Drs Effendi Darmono, M.Pd (Kasi pendidikan SD & TK), menekankan, bahwa ; “ Guru harus bisa menjadi pendidik, bagaikan orangtua disekolah. Diniatkan ibadah dan menjadi guru yang mau diulang (belajar). Kedepan murid sekolah dampingan USAID Prioritas ini bisa menjadi anak yang unggul selain berubahan kognetif, juga attitude. Diharapkan para guru bisa merevolusi diri, bisa mengilhami anak didik, jangan hanya menyampaikan bahan, jika terjadi perubahan kurikulum tidak ketinggalan, cepat menyesuiakan, sehingga anak didik bisa terilhami. Kedepan upaya peningkatan kapasitas para guru ini, agar menjadi guru yang cerdas, punya nama abadi di anak didiknya nanti kalua sudah sukses, guru yang sejahtera dan guru yang kreatif.


GERHANA MENURUT PANDANGAN ISLAM

GERHANA MENURUT PANDANGAN ISLAM

Gambar Gerhana Matahari

Matahari dan bulan merupakan dua makhluk Allah Subhanahu wa ta’ala yang sangat akrab dalam pandangan. Peredaran dan silih bergantinya yang sangat yeratur merupakan ketetapan aturan Penguasa Jagad Semesta ini. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya) :
”Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.” (Ar-Rahman : 5)
Maka semua yang menakjubkan dan luar biasa pada matahari dan bulan menunjukkan akan keagungan dan kebesaran serta kesempurnaan Penciptanya. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa ta’ala membantah fenomena penyembahan terhadap matahari dan bulan. Yang sangat disayangkan ternyata keyakinan kufur tersebut banyak dianut oleh ”bangsa-bangsa besar” di dunia sejak berabad-abad lalu, seperti di sebagian bangsa Cina, Jepang, Yunani, dan masih banyak lagi. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kaliann sujud (menyembah) matahari maupun bulan, tapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika memang kalian beribadah hanya kepada-Nya.” (Fushshilat: 37)
Syariat Islam yang diturunkan oleh Penguasa Alam Semesta ini memberikan bimbingan dan pencerahan terhadap akal-akal manusia yang sempit dan terbatas. Membuktikan bahwa akal para filosof, rohaniawan, para wikan, paranormal dan lain-lain adalah akal yang keliru dan sesat. Kebenaran dan hidayah hanya ada pada syariat yang dibawa oleh para nabi dan rasul ’alaihimussalam.
Diantaranya ajaran yang digagas oleh para filosof, rohaniawan dan lain-lain tentang antariksa, semuanya berbau mistis dan kesyirikan. Termasuk dalam memahami hakekat sebenarnya tentang gerhana matahari dan gerhana bulan. Dua fenomena tersebut oleh banyak kalangan dihubung-hubungkan dengan akan terjadinya peristiwa luar biasa di bumi tempat manusia tinggal. Misalnya saja selang beberapa hari atau beberapa minggu dari gerhana, di daerah tertentu akan terjadi bencana alam, wabah penyakit, keributan atau bentrok antar massa dan sebagainya. Biasanya, untuk mengantisipasinya berbagai ritual (baca: kesyirikan) digelar. Di samping adanya mitos bahwa gerhana terjadi karena raksasa menelan matahari atau bulan, dengan berbagai macam versi ceritanya. Sementara di kubu lain, masyrakat modern yang mengalami kemajuan tekhnologi dan ilmu antariksa ini, menganggap hal itu sebagai fenomena alam biasa. Karena melalui berbagai riset ilmiah, mereka bisa mengetahui sebab terjadinya gerhana tersebut secara pasti.
Dinul Islam yang asas utamanya adalah kemurnian tauhid dan kelurusan aqidah, menjelaskan hakekat sebenarnya gerhana. Tentu saja penjelasan yang bersumber dari Pencipta dan Pengatur matahari-bulan dan pergerakannya, bahkan seluruh alam semesta. Jauh dari kebatilan mitos, takhayul, dan kesyirikan para penyembah alam, jauh pula dari kelalaian kaum rasionalis. Apabila kita membuka kitab-kitab para ulama dan fuqaha Islam dari kalangan Ahlus Sunnah akan kita dapati penjelasan tentang gerhana dalam tinjauan Syariat Islam dengan pembahasan lengkap dan mencukupi.

Definisi Gerhana
Gerhana matahari ( Khusufusy Syams ) adalah hilangnya cahaya matahari sebagian atau total pada waktu siang. Adapun gerhana bulan ( Khusuful Qamar ) adalah hilangnya cahaya bulan sebagian atau total pada waktu malam.

Sabda Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam tentang Gerhana
Dari sahabat al-Mughirah bin Syu’bah, bahwa Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
{إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ, وَلاَ لَحِيَاتِهِ, فَإِذَا رَأَيْتُمُو هُمَا فَادْ عُوا اللهَ وَصَلُّوا حَتَّى تَنْكَشِفَ}
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua ayat (tanda) di antara ayat-ayat Allah. Tidaklah terjadi gerhana matahari dan bulan karena kematian seseorang atau karena hidup (lahirnya) seseorang. Apabila kalian melihat (gerhana) matahari dan bulan, maka berdoalah kepada Allah dan sholatlah hingga tersingkap kembali.” (HR. Al-Bukhari no. 1043, dan Muslim no. 915)
Sahabat Abu Musa al-Asy’ari radhiallahu ’anhu mengatakan, Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Tanda-tanda ini, yang Allah tampakkan, bukanlah terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang. Namun dengannya Allah memberikan rasa takut kepada hamba-hamba-Nya. Maka apabila kalian melihat salah satu darinya, bersegeralah untuk berdzikir, berdoa kepada-Nya dan memohon ampunan-Nya.” (HR. Al-Bukhori no. 1059)
Hadits baginda Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam di atas menunjukkan kepada kita bahwa gerhana bukanlah sekedar fenomena alam biasa. Gerhana merupakan fenomena alam yang memang Allah kehendaki sebagai salah satu ayat (tanda) kebesaran-Nya. Hadits di atas memberikan pelajaran dan tuntunan kepada kaum mukminin terkait gerhana sebagai berikut:
Sebab, gerhana adalah Allah menjadikannya sebagai perimgatan agar hamba-hamba-Nya takut kepada-Nya. Maka tatkala terjadi gerhana hendaklah umat manusia segera ingat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan segera menyadari bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala sedang mengingatkan kelalaian mereka dengan ancaman adzab-Nya. Dari sini, jelaslah bagi kita kesalahan kebanyakan kebanyakan orang yang justru menjadikan fenomena gerhana tersebut sebagai hiburan bagi mereka. Ketika ada informasi bahwa gerhana akan terjadi pada hari tertentu pada jam tertentu, maka mereka bersiap dengan kamera dan teropong masing-masing, mencari tempat-tempat strategis untuk menyaksikan peristiwa ”indah” tersebut. Sungguh sangat jauh dari mengingat Allah Subhanahu wa ta’ala, apalagi menyadari itu sebagai peringatan dari-Nya. Kesalahan ini akibatmenganggap gerhana sebagai kejadian antariksa biasa, yang bersumber dari sikap mengandalkan sains, tanpa mau mengundahkan berita dari Allah Subhanahu wa ta’ala, Pencipta dan Penguasa seluruh alam dengan segenap galaksi dan langit yang ada didalamnya. Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata, ”Ini bantahan terhadap ahli astronomi yang mengira bahwa gerhana merupakan peristiwa biasa, tidak akan maju atau mundur.”
Bantahan terhadap keyakinan-keyakinan/ mitos-mitos batil, atau legenda-legenda kosong. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam membantah keyakinan yang ada dikalangan musyrikin arab saat itu dengan sabdanya, ”Bukanlah terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang.” islam memberantas segala keyakinan/ aqidah batil, diantaranya yang bersumber dari astrologi (ahli nujum) yang meyakini bahwa pergerakan/ peredaran bintang, planet dan benda-benda langit lainnya memberikan pengaruh/ ada kaitannya dengan kejadian-kejadian di bumi. Yang dikenal sebagai zodiak, shio, atau nama yang lainnya sesuai dengan agama asal masing-masing yang digagas oleh para filosof, rohaniawan atau paranormal. Termasuk kejadian gerhana yang diyakini sebagai tanda atau sebab (bakal) terjadi peristiwa atau bencana besar di muka bumi. Ini semua adalah batil. Seorang mikmin yang berpegang pada kemurnian tauhid harus meninggalkan keyakinan-keyakinan tersebut. Sangat disayangkan, ada sebagian di antara kaum muslimin yang masih percaya dengan ramalan-ramalan bintang, termasuk pula mitos/ legenda seputar gerhana, atau meyakini peristiwa gerhana ada hubungan dengan bencana alam atau lainnya. Al-Imam al-Khaththabi Rahimahullah berkata, ”Dulu mereka pada masa jahiliyyah berkeyakinan bahwa gerhana menyebabkan terjadinya perubahan di muka bumi, berupa kematian, bencana dan lain-lain. Maka Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam mengajarkan bahwa itu adalah keyakinan batil. Sungguh matahari dan bulan itu adalah dua makhluk yang tunduk kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Keduanya tidak memiliki kekuatan mempengaruhi sesuatu yang lainnya, tidak pula memiliki kemampuan membela diri.” ( lihat Fathul Bari hadits no. 1040)
Tuntutan Islam ketika terjadi gerhana. Baginda Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita tuntunan syariat yang mulia ketika terjadi gerhana matahari maupun gerhana bulan, yaitu ada tujuh hal (sebagaimana dalam hadits-hadits tentang gerhana):
Shalat gerhana
Berdoa
Beristighfar
Bertakbir
Berdzikir
Bershadaqah
Memerdekakan budak
(Lihat HR. Al-Bukhari no. 1040, 1044, 1059, 2519; Muslim no. 901, 912, 914)
Ini dilakukan sejak awal terjadinya gerhana, hingga berakhirnya yang ditandai dengan kembalinya cahaya matahari atau bulan seperti sedia kala. Di antara doa yang beliau perintahkan adalah berlindung dari adzab kubur. Karena gerhana mengakibatkan suasana gelap meskipun pada siang hari, dan dalam suasana tersebut hati manusia pasti dihinggapi rasa takut. Suasana yang demikian mengingatkan kita akan suasana di alam kubur kelak. (Lihat Fathul Bari hadits no.2519).
Karena gerhana merupakan peringatan akan adzab, maka sangat tepat dianjurkan pada kesempatan tersebut untuk memerdekakan budak, sebab amal tersebut bisa memerdekakan seseorang dari api neraka. (Lihat Fathul Bari hadits no. 2519).
Gerhana merupakan peristiwa penting dalam Islam. Islam bernar-benar mengajak hamba untuk menyikapi gerhana yang sedang terjadi sebagai peringatan dari Rabbul ’Alamin Subhanahu wa ta’ala. Hikmah ini tidak bisa diketahui dengan ilmu sains, namun hanya bisa diketahui melalui wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam.
Tidak melakukan shalat gerhana kecuali bila gerhananya terlihat. Sabda Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam di atas, ”Apabila kalian melihat (gerhana) matahari atau bulan, maka berdoalah kepada Allah dan shalatlah.” Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam mengaitkan pelaksanaan shalat gerhana dengan ”melihat (ru’yah)”. Al-Hafidz Ibnu Hajar Rahimahullah mengatakan, ”… karena pelaksanaan shalat (gerhana) dikaitkan dengan ru’yah.” (Lihat Fathul Bari hadits no. 1041). Artinya, apabila telah diperkirakan dengan hisab astronomis terjadi gerhana namun terhalangi oleh langit yang mendung, maka tidak dilakukan shalat gerhana. Atau gerhana terjadi di wilayah lain/ belahan bumi lainnya, sehingga tidak terlihat. Misalnya gerhana terjadi di Eropa, tidak terjadi di Indonesia, maka orang Indonesia tidak disyariatkan untuk melaksanakan shalat gerhana. Atau terjadinya gerhana matahari setelah tenggelamnya matahari, atau gerhana bulan setelah terbitnya matahari sehingga tidak bisa teramati, maka tidak ada shalat gerhana pula.
Gerhana bisa diketahui dengan hisab. Allah Subhanahu wa ta’ala Yang Maha Kuasa telah menjadikan pergerakan matahari dan bulan berjalan dengan rapi dan teratur, sehingga bisa diamati dan dihitung oleh manusia. Termasuk gerhana bisa diketahui dengan hisab astronomis kapan terjadinya, di belahan bumi mana sajakah terjadinya, serta jenis gerhananya, apakah gerhana total, sebagian, cincin dan lain-lain. Namun tidak diambil darinya konsekuensi hukum apapun terkait dengan shalat gerhana atau lainnya. Meskipun gerhana bisa diketahui kapan waktu terjadinya berdasarkan hisab astronomis yang sangat akurat, namun apabila ternyata pada hari-H dan jam-J nya gerhana tidak teramati atau tidak terjadi di wilayah tersebut, maka shalat gerhana tidak bisa dilaksanakan. Hal ini mirip dengan hilal di awal bulan, khususnya ketika menentukan awal bulan Ramadhan dan Syawwal. Meskipun diketahui secara pasti berdasarkan hisab astronomi yang akurat posisi hilal sekian derajat dan dinyatakan memungkinkan untuk diru’yah, namun apabila fakta di lapangan hilal tidak bisa diamati, maka berarti belum masuk Ramadhan atau Idul Fitri.
 

Kemudian, fakta bahwa gerhana bisa diketahui dengan hisab astronomis, tidak menghilangkan sebab dan fungsi gerhana yang diberitakan oleh Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam, yaitu ”Dengannya, Allah memberikan rasa takut kepada hamba-hamba-Nya.” sekali lagi, gerhana bukan peristiwa biasa seperti halnya pasang-surutnya ombak di lautan. Namun ada hikmah besar di balik itu. Oleh karena itu –sebagaimana pada hadits-hadits di atas- sampai-sampai Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam.