GURU MIM BANARAN SAMBUNGMACAN

GURU MIM BANARAN SAMBUNGMACAN

siswa

siswa

.

Q.S. Ali Imran : 104

"DAN HENDAKLAH ADA DI ANTARA KAMU SEGOLONGAN UMAT YANG MENYERU KEPADA KEBAJIKAN, MENYURUH KEPADA YANG MA’RUF DAN MENCEGAH DARI YANG MUNKAR; MEREKALAH ORANG-ORANG YANG BERUNTUNG.” (Q.S. ALI IMRAN [3]: 104)

KH. AHMAD DAHLAN

"HIDUP-HIDUPILAH MUHAMMADIYAH DAN JANGAN MENCARI HIDUP DI MUHAMMADIYAH"

MERINDUKAN BUAH UKHUWAH

::: EDITORIAL Suara Muhammadiyah No. 23 - 2013 :::

MERINDUKAN BUAH UKHUWAH

Salah satu kata yang sering ditanamkan oleh bibir para pemimpin Islam ke benak dan ke ingatan umat Islam adalah ukhuwah. Kata ukhuwah sudah terlalu sering dilontarkan, dibahas, dikaji dan diterjemahkan dalam satu dua tindakan. Kata ukhuwah menjadi kata penting dalam kehidupan umat Islam. Usia kata ukhuwah, di Indonesia sudah tua. Setua kehadiran umat Islam di bumi Nusantara

ini. Yang jelas dalam sejarah umat Islam modern di Indonesia, kata ukhuwah makin sering diperbincangkan, diperkatakan. Bahkan dimanipulasi untuk menang sendiri seperti dalam kasus sidang itsbat beberapa waktu lalu. Yang jelas, ibarat pohon, kata ukhuwah itu sampai hari ini masih belum jelas buahnya. Ukhuwah seharusnya berbuah persatuan, tetapi persatuan umat Islam Indonesia masih menjadi impian. Ukhuwah seharusnya berbuah kekuatan, baik kekuatan politik, ekonomi, budaya, kekuatan sosial. Tetapi umat Islam Indonesia hingga detik ini masih belum berhasil memetik buah ukhuwah bernama kekuatan itu. Umat Islam masih lemah dan mau saja dilemahkan oleh pihak lain.


Pohon ukhuwah seharusnya berbuah kesejahteraan dan kemakmuran yang diridlai Allah. Buah ukhuwah bernama kesejahteraan umat, bukan kesejahteraan pentolan partai dan menteri, nyaris tidak pernah dinikmati oleh umat Islam. Kemakmuran demikian juga. Umat Islam seolaholah makmur karena di pasar-pasar tersedia aneka macam barang kebutuhan, barang kebutuhan dasar maupun kebutuhan untuk bermewah-mewah. Siapakah pengendali barang dagangan itu, siapakah pengendali harga barang dagangan itu? Bukan umat Islam. Umat Islam selalu jatuh posisinya hanya sekadar menjadi konsumen, itu saja daya belinya sering tidak mencukupi. Umat Islam pun disuguhi dengan berdirinya bank-bank megah, berdirinya hotel-hotel mewah, perumahan super mewah, mobil mewah, restoran dan kehidupan duniawi yang penuh gelimang harta. Siapakah yang lebih banyak menikmati? Bukan umat Islam.


Sementara ormas Islam, dan banyak lembaga atau tokoh yang mengatasnamakan Islam makin hari makin seru dan makin bersemangat mengibarkibarkan kata ukhuwah. Dan buah ukhuwah pun makin jauh dari pandangan. Jangankan buah ukhuwah, bunga ukhuwah, daun ukhuwah, batang ukhuwah dan akar ukhuwah pun jangan-jangan memang tidak ada. Artinya, pohon ukhuwah itu memang tidak pernah ada. Yang ada hanya kata ukhuwah yang kosong tindakan dan hampa makna. Benih ukhuwah yang sejati, jangan-jangan memang tidak pernah ditanam di masyarakat Islam dan di lahan umat Islam. Yang selama ini terjadi jangan-jangan hanya politisasi dan komersialisasi kata ukhuwah untuk kepentingan individu sang pemimpin atau hanya untuk kepentingan kelompok sempit. Oleh karena itu sepertinya wajar kalau saat ini umat Islam Indonesia yang mayoritas di negeri ini nasibnya selain hanya menjadi tukang dorong mobil mogok, predikat mayoritas ini nyaris tidak membawa nilai positif apa pun bagi bangsa Indonesia juga bagi umat Islam sendiri. Benarkah, selama iniukhuwah antarumat Islam yang terjadi adalah ukhuwah semu belaka? Apakah ada jalan lain untuk saling menenggang kepentingan pribadi untuk kepentingan yang lebih besar?• (Bahan dan tulisan: isma)


http://www.suara-muhammadiyah.com/2013/101-sm-no-23-2013.html

No comments:

Post a Comment