ETIKA BER- HP
Penulis : Parmiyatun, S. Sos. I.
بسم الله الرحمن الرحيم
Duuuuts… ha…ha…ha…
Orang-orang clingak-clinguk dari tempat
duduknya di dalam angkot “Hallo…oh…ya…bla…bla……” Baru semua tahu,
Astaghfirullah, ternyata ringtone Hp, dikira (maaf) orang kentut!
Orang-orang clingak-clinguk dari meja kerjanya di dalam kantor “Hallo…oh…ya…bla…bla……” Baru semua tahu, Oh..oh..oh.., ternyata ringtone Hp, dikira panggilan dari Allah untuk menunaikan shalat ashar!
Perkembangan Iptek per-Hp-an memang
sangat menggembirakan, dari segi teknologi. Mulai dari perkembangan
teknologi Hp-nya sendiri. kian hari Hp semakin lengkap fiture-fiturenya. Perkembangan ringtone juga tak kalah ketinggalan. Begitupun jenis dan jasa penyedia voucher tumbuh bak jamur di musim hujan.
Pendek kata, hal ini juga membuka
peluang-peluang bisnis bagi yang pandai menangkap peluang dan dapat
memanfaatkannya. Tentu merupakan hal yang menggembirakan apabila dapat
membuka kesempatan kerja atau memudahkan dalam aktivitas.
Bukankah tulisan ini pun mungkin anda baca menggunakan HP --yang terkoneksi ke internet-- ?
Disisi lain, seiring dengan perkembangan
Iptek Hp, tentu dibutuhkan kesiapan-kesiapan mental, kematangan sikap
dan rasa tanggung jawab dalam bersikap dan ber-Hp, sehingga dapat memfilter hal-hal yang berdampak negatif.
Perlu kritisi-kritisi tersendiri bagi
orang tua, guna memberikan pemahaman-pemahaman kepada putra-putri dalam
etika ber-Hp, mengingat saat ini Hp tidak hanya dimanfaatkan oleh orang
dewasa, tetapi dikalangan tertentu sudah menjadi bagian gaya hidup
putra-putri kita yang masih SD.
Sebagai mukmin yang muttaqin,
barangkali kita sepakat apabila etika ber-Hp juga memerlukan kritisi,
pencermatan, dan sikap yang penuh tanggung jawab, antara lain dalam hal :
1. Ringtone
Sebagai hamba Allah, manusia adalah merdeka, bebas memilih. Mau memilih hal-hal yang jelek “monggo” mau memilih hal-hal yang baguspun “silahkan”. Sebagai mukmin muttaqin, tentu kita selektif terhadap sesuatu hal. Tak terkecuali dalam hal ringtone. Seperti ringtone
(maaf) kentut atau orang muntah misalnya. Tentu ini hal konyol dan
kurang pantas, seandainya dibawa-bawa dekat banyak orang atau diantara
orang-orang sedang makan. Tidakkah kita khawatir sedikit demi sedikit
akan mengikis rasa sopan santun? Lebih-lebih dikalangan putra-putri
kita? Q.S At-Tahrim: 6
Juga ringtone Adzan. Adzan adalah panggilan shalat dari Allah. Apakah kita menyamakan teman, saudara, dan lain-lain (manusia) sama dengan Allah
sehingga panggilannya kita samakan dengan panggilan Adzan? Bagaimana
pula bila nanti dapat mengecoh teman/ saudara kita yang lain untuk
shalat atau berbuka puasa? Lantaran mendengar ringtone Adzan
(dikira Adzan beneran) padahal bukan, dan bukan waktunya pula?! Kiranya
sudah semestinya bila kita harus hati-hati dalam menggunakan
simbol-simbol keagamaan.
2. Do’a dan Ayat-ayat Suci Al-Qur’an
Dewasa ini telah banyak pula do’a-do’a dan ayat-ayat suci Al-Qur’an terdapat dalam Hp. Hp dalam kondisi off (mati) tak ubahnya seperti barang mati lainnya. Tetapi dalam kondisi on
(nyala) dapat menampilkan ayat-ayat Al-Qur’an seperti bacaan Basmallah
atau do’a-do’a. Bila demikan adanya, hendaknya Hp dimatikan dahulu bila
akan masuk kamar mandi/ WC. Hal ini sebagai adab yang perlu
diperhatikan saat kita bersinggungan dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang
mulia
.3. SMS
Dewasa ini SMS juga merupakan cara
praktis dan mudah dalam menyampaikan memo. Kepraktisan dan kemudahan
ini, sudahkah kita manfaatkan dengan semestinya?
Bukankah dengan menggunakan SMS Gateway kita bisa mengirim sebuah pesan ke beberapa tujuan hanya sekali kirim. Namun kita juga bisa --dengan menggunakan software
tertentu-- hanya dengan sekali kirim mengirim 50 sampai 100 SMS yang
sama ke nomor tertentu, sehingga HP penerima SMS tersebut kemungkinan
akan hang karena kebanyakan menerima SMS.
Tidakkah kita terseret dalam keisengan-keisengan ber-SMS dan hal-hal yang mubadzir ? Tindakan iseng dan mubadzir, sesungguhnya dapat membawa kita menjadi teman syaithan.
Perlu kita sadari keisengan dan mubadzir,
dapat berdampak pada tindakan boros dan kadang kala juga dapat membawa
kerugian bagi orang lain. Misalnya kata-kata “sayang” yang tidak tepat,
dalam ber-SMS (karena iseng dan canda) dapat menimbulkan
bentrokan-bentrokan pada sebuah keluarga. Suami istri dapat ribut besar
karena hal tersebut. Naudzubillah, bila kita menjadi pemicu rusaknya silaturahim.
Hal yang tidak kalah penting yang perlu mendapat perhatian kita, adalah waktu ber-Hp baik melalui SMS atau Calling. Bukankah ber-SMS atau Calling
tak ubahnya seperti bertamu? Apakah kita akan tetap bertamu disaat-saat
waktu shalat? Waktu-waktu tengah malam? Lebih-lebih bila hanya
sekedar urusan biasa, urusan bisnis, lebih dari jam 10 malam?
Urusan-urusan kurang penting? Mungkin masih dapat diterima bila hal
tersebut memang benar-benar urgen. Seperti kematian misalnya
atau sakit gawat. Dan lain hal yang benar-benar mangharuskan kita untuk
ber-SMS dan ber-Hp, dan tidak bisa ditunda.
Dari itu semua, tidakkah kita ingin menampilkan sikap yang terindah dari perilaku kita?
Bukankah itu semua pencerminan kualitas akhlaq kita ??
No comments:
Post a Comment