GURU MIM BANARAN SAMBUNGMACAN

GURU MIM BANARAN SAMBUNGMACAN

siswa

siswa

.

Q.S. Ali Imran : 104

"DAN HENDAKLAH ADA DI ANTARA KAMU SEGOLONGAN UMAT YANG MENYERU KEPADA KEBAJIKAN, MENYURUH KEPADA YANG MA’RUF DAN MENCEGAH DARI YANG MUNKAR; MEREKALAH ORANG-ORANG YANG BERUNTUNG.” (Q.S. ALI IMRAN [3]: 104)

KH. AHMAD DAHLAN

"HIDUP-HIDUPILAH MUHAMMADIYAH DAN JANGAN MENCARI HIDUP DI MUHAMMADIYAH"

ETIKA BER- HP OLEH MIM BANARAN SAMBUNGMACAN SRAGEN

 ETIKA BER- HP

Penulis : Parmiyatun, S. Sos. I.
بسم الله الرحمن الرحيم
Duuuuts… ha…ha…ha…
Orang-orang clingak-clinguk dari tempat duduknya di dalam angkot “Hallo…oh…ya…bla…bla……” Baru semua tahu, Astaghfirullah, ternyata ringtone Hp, dikira (maaf) orang kentut!
Allaahu Akbar  Allaaaaahu Akbar   lho…lho…kok.. jam segini sudah masuk waktu ashar
Orang-orang clingak-clinguk dari meja kerjanya di dalam kantor  “Hallo…oh…ya…bla…bla……”  Baru semua tahu, Oh..oh..oh.., ternyata ringtone Hp, dikira panggilan dari Allah untuk menunaikan shalat ashar!

Perkembangan Iptek per-Hp-an memang sangat menggembirakan, dari segi teknologi. Mulai dari perkembangan teknologi Hp-nya sendiri. kian hari Hp semakin lengkap fiture-fiturenya. Perkembangan ringtone juga tak kalah ketinggalan. Begitupun jenis dan jasa penyedia voucher tumbuh bak jamur di musim hujan.
Pendek kata, hal ini juga membuka peluang-peluang bisnis bagi yang pandai menangkap peluang dan dapat memanfaatkannya. Tentu merupakan hal yang menggembirakan apabila dapat membuka kesempatan kerja atau memudahkan dalam aktivitas.
Bukankah tulisan ini pun mungkin anda baca menggunakan HP --yang terkoneksi ke internet-- ?
Disisi lain, seiring dengan perkembangan Iptek Hp, tentu dibutuhkan kesiapan-kesiapan mental, kematangan sikap dan rasa tanggung jawab dalam bersikap dan ber-Hp, sehingga dapat memfilter hal-hal yang berdampak negatif.

Perlu kritisi-kritisi tersendiri bagi orang tua, guna memberikan pemahaman-pemahaman kepada putra-putri dalam etika ber-Hp, mengingat saat ini Hp tidak hanya dimanfaatkan oleh orang dewasa, tetapi dikalangan tertentu sudah menjadi bagian gaya hidup putra-putri kita yang masih SD.

Sebagai mukmin yang muttaqin, barangkali kita sepakat apabila etika ber-Hp juga memerlukan kritisi, pencermatan, dan sikap yang penuh tanggung jawab, antara lain dalam hal :


1. Ringtone
Sebagai hamba Allah, manusia adalah merdeka, bebas memilih. Mau memilih hal-hal yang jelek “monggo” mau memilih hal-hal yang baguspun “silahkan”. Sebagai mukmin muttaqin, tentu kita selektif terhadap sesuatu hal. Tak terkecuali dalam hal ringtone. Seperti ringtone (maaf) kentut atau orang muntah misalnya. Tentu ini hal konyol dan kurang pantas, seandainya dibawa-bawa dekat banyak orang atau diantara orang-orang sedang makan. Tidakkah kita khawatir sedikit demi sedikit akan mengikis rasa sopan santun? Lebih-lebih dikalangan putra-putri kita? Q.S At-Tahrim: 6

Juga ringtone Adzan. Adzan adalah panggilan shalat dari Allah. Apakah kita menyamakan teman, saudara, dan lain-lain (manusia) sama dengan Allah sehingga panggilannya kita samakan dengan panggilan Adzan? Bagaimana pula bila nanti dapat mengecoh teman/ saudara kita yang lain untuk shalat atau berbuka puasa? Lantaran mendengar ringtone Adzan (dikira Adzan beneran) padahal bukan, dan bukan waktunya pula?! Kiranya sudah semestinya bila kita harus hati-hati dalam menggunakan simbol-simbol keagamaan.

2. Do’a dan Ayat-ayat Suci Al-Qur’an
Dewasa ini telah banyak pula do’a-do’a dan ayat-ayat suci Al-Qur’an terdapat dalam Hp. Hp dalam kondisi off (mati) tak ubahnya seperti barang mati lainnya. Tetapi dalam kondisi on (nyala) dapat menampilkan ayat-ayat Al-Qur’an seperti bacaan Basmallah atau do’a-do’a.  Bila demikan adanya, hendaknya Hp dimatikan dahulu bila akan masuk kamar mandi/ WC. Hal ini sebagai adab yang perlu diperhatikan saat kita bersinggungan dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang mulia
.
3. SMS
Dewasa ini SMS juga merupakan cara praktis dan mudah dalam menyampaikan memo. Kepraktisan dan kemudahan ini, sudahkah kita manfaatkan dengan semestinya?
Bukankah dengan menggunakan SMS Gateway kita bisa mengirim sebuah pesan ke beberapa tujuan hanya sekali kirim. Namun kita juga bisa --dengan menggunakan software tertentu-- hanya dengan sekali kirim mengirim 50 sampai 100 SMS yang sama ke nomor tertentu, sehingga HP penerima SMS tersebut kemungkinan akan hang karena kebanyakan menerima SMS.
Tidakkah kita terseret dalam keisengan-keisengan ber-SMS dan hal-hal yang mubadzir ? Tindakan iseng dan mubadzir, sesungguhnya dapat membawa kita menjadi teman syaithan.
Perlu kita sadari keisengan dan mubadzir, dapat berdampak pada tindakan boros dan kadang kala juga dapat membawa kerugian bagi orang lain. Misalnya kata-kata “sayang” yang tidak tepat, dalam ber-SMS (karena iseng dan canda) dapat menimbulkan bentrokan-bentrokan pada sebuah keluarga. Suami istri dapat ribut besar karena hal tersebut. Naudzubillah, bila kita menjadi pemicu rusaknya silaturahim.
4. Waktu ber-HP
Hal yang tidak kalah penting yang perlu mendapat perhatian kita, adalah waktu ber-Hp baik melalui SMS atau Calling. Bukankah ber-SMS atau Calling tak ubahnya seperti bertamu? Apakah kita akan tetap bertamu disaat-saat waktu shalat?  Waktu-waktu tengah malam?  Lebih-lebih bila hanya sekedar urusan biasa, urusan bisnis, lebih dari jam 10 malam? Urusan-urusan kurang penting? Mungkin masih dapat diterima bila hal tersebut memang benar-benar urgen. Seperti kematian misalnya atau sakit gawat. Dan lain hal yang benar-benar mangharuskan kita untuk ber-SMS dan ber-Hp, dan tidak bisa ditunda.
Dari itu semua,  tidakkah kita ingin menampilkan sikap yang terindah dari perilaku kita?
Bukankah itu semua pencerminan kualitas akhlaq kita ??
   Wallahu ‘alam bis-Shawwab

No comments:

Post a Comment