SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1435 H
Idul
Fitri menjadi sebuah hari yang istimewa bagi Umat Islam. Karena dalam
setahun sekali seluruh anggota keluarga akan bisa berkumpul di rumah.
Sebagian anggota keluarga yang dalam hari-hari lainnya harus terpisah
jarak dan waktu karena bekerja di luar daerah akan pulang ke kampung
halamannya untuk bisa bertemu, bersilaturrahmi dengan seluruh keluarga.
Idul Fitri juga menjadi hari dimana akan terdengar
banyak celoteh, gurauan juga candaan dari para keluarga yang sekian
lama tidak melihat kondisi Rumah/ Desa kemudian berkomentar tentang
kondisi daerahnya. Kadang ada yang hanya dengan gurauannya bertanya
kepada Kepala Desa atau Perangkat Desa, tetangga, saudara dll, ”kenapa
jalan depan rumah saya masih becek?” atau pertanyaan lainnya karena
perbedaan di daerah rantaunya.
Atau karena sekarang ini sudah
di era social media, maka sejak mulai bulan Puasa sudah banyak dijumpai
status atau tweet tentang suasana kerinduan akan kampung halaman
menjelang mudik dari para warga di daerah rantau.
Rasa
penasaran, bahagia, heran atau bahkan kagum bisa saja saat ini dirasakan
oleh sebagian warga khususnya yang baru saja kembali ke kampung
halaman. Kami berharap dan berdo’a supaya teman- teman dan saudara-
saudara semua dalam rangka Idul Fitri ini dapat selamat dalam bermudik
dan kembali ke rantau dengan selamat.
Akhir kata, Kami Segenap
Keluarga besar MIM banaran Sambungmacan Sragen mengucapkan Selamat
Datang kepada Saudara Pemudik di kampung halaman yang baru datang
kembali dari rantau. Selamat berbahagia bersama keluarga.
Dan kepada seluruh Warga Madrasah, warga Banaran & Sekitarnya, teman -teman di sosial media dan lain-lain, kami ucapkan :
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1435 H,
Minal ‘Aidzin Wal Faizin,
Mohon Ma’af Lahir dan Batin
GURU MIM BANARAN SAMBUNGMACAN
siswa
.
Q.S. Ali Imran : 104
KH. AHMAD DAHLAN
POTRET NEGARA PANCASILA (SEBUAH RENUNGAN UNTUK KITA BERSAMA)
POTRET NEGARA PANCASILA (SEBUAH RENUNGAN UNTUK KITA BERSAMA)
Akhir-akhir ini bangsa kita dilanda krisis multidimensi, dimana bangsa Indonesia mengalami krisis dalam segala aspek kehidupannya termasuk krisis sejarah dan budaya. Sejak dideklarasikannya orde yang paling baru, yaitu orde reformasi oleh oknum-oknum politik bangsa Indonesia yang menganggap bahwa, satu-satunya jalan untuk meretas jembatan emas bagi masa depan bangsa Indonesia adalah menggulingkan rezim Orde Baru menuju Orde Reformasi yang mengagendakan demokrasi yang benar-benar demokrasi, mewujudkan keadilan yang benar-benar adil, dan memberantas segala kecurangan di tubuh pemerintahan.
Agenda ini sungguh teramat sangat bagus dan enak betul menusuk telinga dan perasaan kita semua. Namun, pelaksanaannya menyebabkan bangsa kita semakin amburadur terutama dalam aspek birokrasi, politik, hukum, dan tatanan pemerintahan. Sektor-sektor yang lain pun ikut amburadul sebab kebebasan terlalu disematkan. Apa yang terjadi?, Kenyataannya Indonesia bangsa yang dibangun dengan titisan air mata darah dan ditebus dengan berjuta nyawa semakin diremehkan oleh mata dunia.
Reformasi yang menghendaki perubahan kearah yang lebih baik, namun yang terjadi adalah sebaliknya. Krisis merajalela dalam semu aspek kehidupan, sedang orang-orang dipemerintahan sibuk berebut kursi dan saling menuding satu sama lainnya, maka timbullah organisasi-organisasi yang mengatas namakan rakyat demi kepentingan golongan mereka. Partai Politik (Parpol) tumbuh seperti jamur dimusim hujan. Hal ini adalah bukti dari kegagalan para demokrat yang sangat ambisius untuk mendirikan bangsa yang beridiologi libral padahal bangsanya adalah bangsa yang beridiologi konservatif. Di sinilah kita dapat melihat betapa pintarnya para birokrat bangsa Indonesia yang ingin membangun bangsa ini dengan idiologi yang sangat bertolak belakang dengan idiologi yang ditebus dengan darah dan air mata nanah oleh para pejuang bangsa di masa lalu. Namun dalam kenyataannya orang-orang pintar tersebut gagal untuk mentransfer idiologi baru yang mereka anggap cocok dan patut untuk diterapkan di bangsa yang beridiologi Pancasila ini.
Jika kita menoleh ke masa lalu, dimana bangsa Indonesia berada dalam rezim pemerintahan Soekarno-Hatta yang dikenal oleh orang-orang pintar dengan sebutan Rezim Orde Lama (Orla). Pada saat itu bangsa Indonesia juga tidak jauh beda dengan sekarang. Namun, tidakkah mereka sebagai demokrat dan oknum-oknum pemerintahan mau berkaca dari kaca sejarah tersebut, malahan mereka mengagendakan reformasi namun ujung-ujungnya mereka mengembalikan bangsa ini ke zaman Orde Lama.
Coba kita amati bagaimana situasi bangsa kita di masa itu. Lihat saja aspek pemerintahannya, pada saat itu terjadi pula krisis yang sangat meresahkan rakyat namun krisis itu hanya pada aspek ekonomi dan pemerintahan saja, tidak seperti yang terjadi pada orde yang paling baru ini, dimana bangsa kiat mengalami krisis yang sangat mengenaskan terutama krisis kepercayaan dan krisis sejarah. Tapi maaf, penulis tidak bermaksud untuk mengagung-agungkan Orde Lama saja. Semua orde adalah baik, dan sudah tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Namun, mengapa penulis mengatakan bahwa sejak zaman Reformasi, Indonesia mengalami krisis sejarah, sebab sejak digulingkannya Orde Baru (Orde Diktator Soeharto) sejarah Indonesia dirombak dan diubah-ubah sesuai dengan keinginan pra reformis yang mengagap sejarah Indonesia adalah sejarah yang dibuat-buat oleh pemerintah Orde Baru. Namun toh mereka tidak bisa mencari justifikasi sejarah Indonesia yang benar dan relevan dengan kenyataan yang terjadi pada masa lampau. Akhirnya mata dunia memandang remeh bangsa kita sebab bangsa yang agung adalah bangsa yang memiliki sejarah yang benar, menghargainya, kemudian belajar dari sejarah tersebut. Hal ini sangat berbeda dengan apa yang terjadi pada masa Orde Lama dimana pada saat itu para birokrat sangat menghargai sejarah, mereka mau berkaca dari kegagalan masa lalunya dan sangat mengutamakan jiwa nasionalisme.
Selanjutnya dalam aspek politik pada zaman Orde Lama juga berkembang organisasi politik, namun itu memang bertujuan untuk rakyat dan patut jika aktor politik masa lalu mengatas namakan rakyat, sebab mereka memang berjuang untuk kepentingan rakyat. Berbeda dengan organisasi politik di zaman Reformasi sekarang ini yang mengatas namakan rakyat demi kepentingan golongannya saja. Para politikus sibuk dengan partai dan golongan mereka masing-masing, sedang rakyat hanya menuai janji-janji muluk dari mulut mereka yang penuh dengan madu yang berbisa. Demikianlah dinamika bangsa kita yang penuh dengan kepalsuan dan ditimang oleh kebohongan. Maka tak heran jika bangsa lain menggerogoti kita lewat berbagai jalan, sebab bangsa kita semakin lemah dan tak mampu berbuat apa-apa pada era yang didamba-dambakan.
Bagaimana tidak! Dalam tubuh bangsa terjadi perpecahan yang sangat membahayakan kesatuan dan persatuan bangsa. Lihat saja perang tanding yang dilakukan oleh para politikus dan para birokrat yang bercokol di atas singgasana yang telah hilang kakinya. ABRI yang sangat kita bangga-banggakan toh terpecah belah padahan ABRI adalah kekuatan utama bangsa Indonesia. Bendera partai politik lebih dibanggakan dari pada bendera Merah Putih yang menjadi bendera pemersatu Indonesia.
Salah satu jalan untuk mengatasi kebebrokan ini adalah belajar untuk mengenal dan menghormati sejarah, tetapi jangan hanya menghormati saja kita juga harus belajar dari sejarah itu. Jiwa nasionalisme harus ditanamkan bagi generasi baru bangsa ini supaya mereka tidak menjadi orang yang lembek, mudah dipecah-belah, dan mudah diadu domba. Sejarah adalah salah satu senjata yang ampuh untuk membangun bangsa yang ideal, hanya saja pelajaran sejarah yang diberikan di sekolah sudah banyak terkontaminasi oleh kepentingan penguasa rezim.
Betapa kita buta akan sejarah kita sendiri, sehingga kita tidak tahu mana sejarah, mana cerita, mana yang disebut mitos, dan mana yang disebut dengan babat. Lihat bagaimana daerah-daerah atau beberapa pulau yang memang benar-benar ada dalam wilayah kekuasaan bangsa kita dengan mudahnya direbut oleh bangsa lain. Apa sebabnya ?.
Jawabnya adalah karena bangsa kita lemah dan tidak mengerti, bahkan buta akan sejarahnya sendiri. Pemerintah kita tidak menghargai pengorbanan leluhurnya yang telah menebus bangsa ini dengan lautan darah, tapi sekarang negara lain dengan mudah merebut pulau-pulaunya. Inikah yang disebut dengan Reformasi, inikah yang disebut dengan zaman yang gemilang. Inilah pertanyaan besar yang harus dijawab oleh para reformis, para birokrat yang menganggap bahwa negara ini adalah milik golongan mereka sendiri, para cendikiawan yang terus merasa dirinya paling pintar, dan kita semua yang kebanyakan merasa benar atas tindakan kita masing-masing.
Bangsa ini memang telah dipenuhi oleh narkotika sehingga bangsa kita terbuai dalam timangan kebohongan, kepura-puraan, ketidak adilan, hayalan, dan kelaliman. Para birokrat selalu berpura-pura untuk menyelamatkan rakyar dari ketidak pastian dengan irama merdu dan nyanyian-nyanian palsu dari lidah mereka yang berbisa dan mulut mereka yang berbusa-busa.
Mungkin ini adalah suara yang keras, namun bukankah kekerasan itu lebih baik dari kepura-puraan. Bangsa kita dicengkeram oleh tawon yang selalu membuat madu di singgasana yang hilang kakinya, sehingga bangsa kita dilanda oleh sakit yang sangat parah, namun ketahuilah bahwa bangsa kita sudah terbiasa dilanda sakit dan sekarat oleh narkotika yang disusupkan oleh para birokrat pada tubuh bangsa ini. Para reformis memberontak dan menggulingkan rezim diktatornya Soeharto dengan mengagung-agungkan keadilan, demokrasi, keterbukaan, dan menghancurkan tirani kepalsuan supaya terbebas dari belenggu penindasan. Toh reformasi yang mereka ciptakan semakin menghancurkan bangsa, kebebasan yang mereka agung-agungkan membuat rusak filosofis Pancasila, undang-undang dijual belikan, hukum semakin dipermainkan, indologi bangsa dapat diekspor dan inpor, sedang rakyat hanya bisa menganga dan menikmati derita dengan pasrah.
Kita semua pasti mengetahui bahwa Indonesia adalah negara yang kaya, “Orang bilang tanah kita tanah syurga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman”, begitulah lagu yang dilantunkan seorang sastrawan dan terdengar manis di liang telinga kita. Seorang da’i juga kerap kali berteriak di depan kita, mengatakan bahwa “tanah Indonesia adalah pertikan dari syurga”. Memang, itu adalah realita yang dapat kita saksikan dengan mata tanpa kaca mata. Lalu mengapa rakyat Indonesia seperti “Tikus Mati di Lumbung Padi”. Hal ini disebabkan oleh kebijakan yang diambil atas kepentingan politik. Di negara kita banyak bawang, lalu mengapa pemerintah menginpor bawang dari luar negeri, negara kita kaya akan padi tapi mengapa pemerintah menginfor padi dari luar negeri, di tanah pertiwi ini banyak sumber pangan tapi mengapa pemerintah menginfor bahan pangan dari negeri lain. Apakah ini kebodohan ataukah kesengajaan mereka yang hanya mementingkan kepentingan pribadi dan golongan, entah-lah ?.
Krisis moral juga menjadi-jadi, lihatlah berita di layar TV, bacalah koran setiap pagi, dan dengarkan siaran berita dari rado yang ada di tiap pelosok negeri. Betapa menyedihkan, mahasiswa saling bunuh dengan sesama mahasiswa, tauran pelajar dimana-mana, pemerkosaan menjadi berita kebanggaan di tiap media, narkotika dan miras dijadikan kebutuhan istimewa oleh birokrat, artis, mahasiswa, dan sebagian besar generasi muda. Lalu kurikulum pendidikan menyusupkan pembelajaran karakter pada setiap materi pelajaran, hanya saja itu terlambat sebab undang-undang perlindungan hak anak sudah lebih dulu diberlakukan.
Sudah cukup kita saksikan, betapa moral anak bangsa sudah hampir tiada. Perdagangan anak dan bayi di mana-mana. Pornografi dan pornoaksi menjadi tayangan laris di layar televisi. Perampokan dimana-mana, rasa saling menghormati dan menghargai yang hampir tiada, bahkan wakil rakyat saling lempar di meja siding-nya, dan yang paling memperihatinkan ada wakil rakyat yang menonton video porno di dalam ruang agung yang dibangun dengan tereliunan uang rakyat jelata.
Di sudut lain kita selaku rakyat hanya bisa memberikan kritik tanpa bisa member solusi. Kita selaku rakyat hanya bisa berorasi dan menutup jalan dengan membakar ban di depan gedung-gedung pemerintahan yang kita anggap tidak memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan, tetapi kita sendiri tidak pernah bisa melakukan apa-apa jika dihadapkan dengan suatu permasalahan. Sebagianm besar kita selaku rakyat Indonesia tidak pernah merasa bersyukur atas nikmat cipratan syurga (Indonesia) yang dihadiahkan tuhan kepada kita. Kita selalu berangapan bahwa pelangi itu senantiasa di atas kepala orang lain, sebab itulah kita lebih mengagung-agungkan Amerika, Malaysia, Singapura, dan negara-negara lainnya dari pada kita harus mengangunggkan dan memberikan penghormatan kepada para pemimpin negara kita.
Banyak lagi kebabrokan yang sudah sama-sama kita saksikan, termasuk politik uang yang hingga sekarang belum bisa dihentikan. Oleh sebab itu, kita tidak perlu heran melihat para birokrat korupsi bermiliar-miliar jumlahnya, sebab kita sebagai rakyat yang mengajari mereka. Betapa naïf duhai saudara, kita telah menjual diri kita dengan menerima uang sepuluh ribu rupiah, terlalu murah kita jual diri dan masa depan kita dengan sebungkus rokok dan satu dus mie instan. Jadi kita tidak perlu menyalahkan mereka, sebab di musim pemilu kita telah mengajari mereka dengan kebiasaan yang penulis sebut dengan GOLPUT JILID DUA alias “GOLONGAN PENUNGGU UANG TUNAI”. Tidak ada uang tidak ada suara, itulah budaya politik yang kita tawarkan kepada mereka. Lantas setelah mereka kita beri suara, mereka bebas berbuat seenaknya sebab suara kita sudah mereka bayar dengan harga yang tiada nilainya.
Saudara, inilah sekilas potret negeri kita yang ku ambil dari kaca mata picik yang ku pasang di ujung hidung ku yang tak mancung. Semoga bisa menjadi renungan dan landasan berpikir bagi kita agar bisa berpikir positif untuk melakukan hiuristik, kritik, berinterpretasi, dan mengambil keputusan dengan penuh tanggung jawab agar esok lusa dan selanjutnya negara yang kita sayangi ini “Indonesia Raya” bisa terbebas dari krisis multi dimensi yang hingga kini diderita-nya. “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum jika mereka tidak mau merubah dirinya sendiri”, demikianlah firman Allah dalam Al-Qur’an yang kita imami.
Mengapa Muhammadiyah memilih Metode Hisab?
Mengapa Muhammadiyah memilih Metode Hisab?
Tanya:
Selama ini Muhammadiyah dalam menentukan awal bulam kamariah berpedoman pada metode Hisab, mohon penjelasan tentang alasan Muhammadiyah memilih metode Hisab?
Jawab:
Sebelum menjawab pertanyaan saudara,
perlu terlebih dahulu dijelaskan memang betul apa yang saudara tanyakan
bahwa pandangan Tarjih tentang penetapan awal bulan kamariah dengan menggunakan metode Hisab. Muhammadiyah, seperti dilakukan oleh Majelis Tarjih
dan Tajdid, digunakan hisab untuk penetapan awal bulan kamariah,
termasuk bulan-bulan ibadah. Majelis Tarjih dan Tajdid tidak menggunakan
rukyat. setidaknya
ada beberapa alasan mengapa Muhammadiyah lebih memilih menggunakan Hisab
dalam menentukan awal bulan kamariyah, termasuk di dalamnya awal bulan
ramadhan.
Alasan Penggunaan Hisab
Alasan penggunaan hisab dalam Muhammadiyah adalah sebagai berikut:
- Al-Qur’an Surat Ar-Rahman ayat 5:
الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ (الرحمن:5)
Artinya: Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan (QS. ar-Rahman, 55:5)
- Al-Qur’an Surat Yunus ayat 5
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ
ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ
السِّنِينَ وَالْحِسَابَ (يونس:5)
Artinya: Dia-lah
yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan
itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu) (QS. Yunus, 10: 185).
- Hadis al-Bukhari dan Muslim,
إِذَا رَأَيْتُمُوْهُ
فصُوْمُوْا وَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُ فَأَفْطِرُوْا فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ
فَاقْدُرُوْا لَهُ [رواه البخاري ، واللفظ له ، ومسلم] .
Artinya: Apabila
kamu melihat hilal berpuasalah, dan apabila kamu melihatnya
beridulfitrilah! Jika Bulan terhalang oleh awan terhadapmu, maka
estimasikanlah [HR al-Bukhari, dan lafal di atas adalah lafalnya, dan juga diriwayatkan Muslim].
- Hadis tentang keadaan umat yang masih ummi, yaitu sabda Nabi saw,
إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ لا
نَكْتُبُ ولا نَحْسُبُ الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا يَعْنِي مَرَّةً
تِسْعَةً وَعِشْرِينَ وَمَرَّةً ثَلاثِينَ [رواه البخاري ومسلم].
Artinya: Sesungguhnya
kami adalah umat yang ummi; kami tidak bisa menulis dan tidak bisa
melakukan hisab. Bulan itu adalah demikian-demikian. Maksudnya adalah
kadang-kadang dua puluh sembilan hari, dan kadang-kadang tiga puluh hari [HR al-Bukhari dan Muslim].
Dalam Muhammadiyah digunakan hisab
hakiki wujudul hilal. Arti hisab hakiki adalah bahwa penanggalan
didasarkan kepada gerak sebenarnya (hakiki / sesungguhnya) dari Bulan.
Hisab hakiki berbeda dengan hisab urfi, yang tidak mendasarkan pada
gerak sebenarnya dari Bulan, sehingga antara hisab urfi dan gerak Bulan
tidak selalu sejalan, terkadang hisab urfi mendahului dan terkadang
terlambat. Wujul hilal artinya keberadaan Bulan di atas ufuk saat
matahari terbenam setelah terjadinya konjungsi. Jadi hisab hakiki
wujudul hilal itu menetapkan bulan baru dengan tiga kriteria, yaitu:
- telah terjadi ijtimak (konjungsi), yaitu tercapainya satu putaran sinodis Bulan mengelilingi bumi,
- ijtimak terjadi sebelum terbenamnya matahari, dan
- pada saat matahari terbenam Bulan berada di atas ufuk.
Apa yang dikemukakan di atas adalah alasan syar‘i. Sedangkan alasan astronomis adalah:
1) Rukyat tidak dapat dijadikan
landasan untuk membuat kalender, karena dengan rukyat, awal bulan baru
bisa diketahui pada H-1, dan rukyat tidak bisa meramal tanggal jauh ke
depan sehingga tidak mungkin membuat penjadwalan waktu.
2) Rukyat tidak bisa menyatukan
tanggal di seluruh dunia karena rukyat terbatas jangkauannya. Rukyat
hanya bisa dipedomani pada kawasan normal, yaitu kawasan di bawah garis
60º LU dan di atas garis 60º LS. Kawasan di luar itu adalah tidak normal
karena munculnya Bulan akan terlambat. Di kawasan Lingkaran Artika dan
Lingkaran Antartika pada musim dingin yang bisa dilihat hanya Bulan
purnama dan Bulan cembung. Bulan sabit berada di bawah ufuk selama musim
dingin.
3) Rukyat akan membelah kawasan muka
bumi menjadi dua bagian, yaitu kawasan yang bisa merukyat dan kawasan
yang pada sore yang sama tidak bisa merukyat yang berakibat terjadinya
perbedaan memasuki bulan baru. Kawasan yang sudah bisa merukyat hilal
memasuki bulan baru pada malam itu dan keesokan harinya, sementara
kawasan yang tidak bisa melihat hilal pada sore tersebut memasuki bulan
baru lusa. Rukyat akan senantiasa membelah muka bumi, sehingga mustahil
menyatukan awal bulan kamariah berdasarkan rukyat.
Renungan Pasca Pemilu
Renungan Pasca Pemilu
Renungan ini dihadirkan atas dorongan iman dan tanggungjawab kepada Islam, umat Nabi Muhammad Saw dan Allah SWT. Sebab agama Islam ini adalah nasihat. Rasul Saw bersabda:
«الدِّيْنُ
النَّصِيْحَةُ، قُلْنَا: لِمَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: للهِ،
وَلِكِتَابِهِ، وَلِرَسُوْلِهِ، وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ
وَعَامَّتِهِمْ»
“Agama itu nasihat.” Kami bertanya,
“Untuk siapa, ya Rasulullah?” Beliau Saw. menjawab, “Untuk Allah,
Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslim, dan mereka semuanya
(kaum Muslim).” (HR Muslim dari Tamin ad-Dari)
Baru saja rakyat negeri Muslim terbesar
di dunia ini menyaksikan perhelatan pemilu legislatif. Tiga bulan ke
depan akan kembali menyaksikan pemilu presiden. Dalam pandangan Islam,
pemilu adalah salah satu, bukan satu-satunya cara (uslub) yang
bisa digunakan untuk memilih para wakil rakyat yang duduk di majelis
perwakilan, atau untuk memilih penguasa. Sebagai salah satu cara, dalam
pandangan Islam, tentu saja pemilu ini tidak wajib.
Ini tentu berbeda dengan cara pandang
demokrasi, yang menjadikan pemilu sebagai satu-satunya cara legal untuk
memeroleh mandat kekuasaan, baik eksekutif maupun legislatif. Karenanya,
pemilu dalam demokrasi merupakan keharusan dan sifatnya wajib.
Tanpanya, kekuasaan legislatif, eksekutif bahkan yudikatif bisa
dinyatakan ilegal, karena diperoleh bukan dari mandat rakyat. Meski
realitanya, pandangan ini terbantahkan oleh berbagai fakta silih
bergantinya kekuasaan, baik di negeri ini atau di negeri lain.
Terlepas dari perbedaan cara pandang
itu, yang pasti keterlibatan atau ketidakterlibatan kita di dalam pemilu
yang baru saja dilangsungkan atau pada pemilu mendatang sama-sama harus
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Sebab, tidak ada tindakan kita
sekecil apapun, kecuali pasti diketahui dan dicatat oleh Allah.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَـٰنَ وَنَعْلَمُ
مَا تُوَسْوِسُ بِهِۦ نَفْسُهُۥ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ
ٱلْوَرِيدِ ﴿١٦﴾ إِذْ يَتَلَقَّى ٱلْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ ٱلْيَمِينِ
وَعَنِ ٱلشِّمَالِ قَعِيدٌۭ ﴿١٧﴾ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ
رَقِيبٌ عَتِيدٌۭ ﴿١٨﴾
“Dan sesungguhnya kami telah
menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan
kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Yaitu) ketika dua
malaikat mencatat amal perbuatannya, yang satu duduk di sebelah kanan
dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (TQS Qaf [50]: 16-18)
Ayat ini tidak hanya menegaskan
kemahatahuan Allah, tetapi Allah SWT juga menugaskan dua malaikat,
masing-masing mencatat amal baik dan buruk kita. Imam al-Qurthubi
menjelaskan, bahwa ayat ini menegaskan, bahwa Allah tidak hanya
mengawasi kita sendiri, tetapi Allah SWT juga menugaskan malaikat untuk
mengawasi dan mencatat perbuatan kita. Tujuannya agar kelak mereka
menjadi saksi di hadapan Allah, saat kita dimintai pertanggungjawaban.
Supaya, kita tidak bisa mengelak lagi dari tuntutan Allah SWT.
Lebih dahsyat lagi, yang kelak akan
dimintai pertanggungjawaban oleh Allah, bukan hanya badan kita, tetapi
seluruh organ yang melekat di badan kita. Masing-masing anggota tubuh
kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Allah SWT berfirman:
]إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا[
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (TQS al-Isra’ [17]: 36)
Semua itu harus kita pertanggungjawabkan kelak.
]يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُم بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ[
“Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka perbuat.” (TQS an-Nur [24]: 24)
Untuk itu, Allah SWT telah menurunkan
syariah untuk mengatur kehidupan kita. Maka, diterima atau tidaknya
pertangungjawaban kita ditentukan oleh sesuai atau tidak dengan
syariat-Nya. Jika sesuai, akan diterima, dan jika tidak, akan ditolak. Nabi saw bersabda:
«مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ»
“Siapa saja yang melakukan amal perbuatan, yang tidak sesuai dengan tuntunan kami, maka perbuatan itu akan tertolak.” (HR Muslim)
Meski hukum asal pemilu itu sebagai uslub adalah mubah, tetapi untuk apa uslub itu digunakan penting untuk diperhatikan. Dalam pemilu legislatif, uslub ini digunakan untuk memilih wakil rakyat yang bertugas untuk membuat UU, melantik presiden, dan melakukan check and balance terhadap kekuasaan yang lain. Sedangkan dalam pemilu presiden, atau pilkada, uslub ini digunakan untuk memilih orang yang akan memimpin rakyat.
Memilih wakil rakyat untuk melakukan tugas dan fungsi check and balance, atau muhasabah li al-hukkam, mengoreksi penguasa, tentu boleh. Karena, pemilih memberikan wakalah
kepada wakilnya untuk melakukan tugas yang dibolehkan, bahkan bisa jadi
wajib. Namun, memilih wakil rakyat untuk melakukan tugas membuat UU
tentu tidak boleh. Mekanisme pembuatan UU di parlemen bukan mekanisme
yang dibenarkan oleh Islam. Karena, UU yang lahir dari parlemen pastilah
UU yang tidak lahir dan terpancar dari akidah Islam. Kalaulah ada yang
diambil dari Islam, proses pengambilannya bukan didasarkan pada
pertimbangan dalil, atau karena perintah wahyu; melainkan karena hasil
kesepakatan wakil rakyat (manusia) atau berdasarkan suara terbanyak. UU
inilah yang kemudian dijalankan oleh presiden dan kepala daerah di
bawahnya.
Karena itu, memilih wakil untuk melantik
presiden dan kepala daerah di bawahnya untuk menjalankan UU seperti ini
tentu tidak dibenarkan. Karena, sama saja dengan memberikan mandat
kepadanya untuk melakukan maksiat kepada Allah SWT. Ini tentu tidak
boleh. Hukum yang sama juga berlaku dalam pemilu presiden, atau pilkada,
di mana pemilu ini digunakan untuk memilih orang yang akan memimpin
rakyat, namun bukan dengan Islam, melainkan dengan UU positif buatan
manusia.
Maka, sungguh mengherankan, ketika ada
yang memfatwakan wajibnya memilih pemimpin, tanpa melihat pemimpin
seperti apa, dan bagaimana dia memimpin rakyatnya. Juga sama
mengherankan, ketika ada yang mengatakan, jika umat Islam tidak memilih,
maka negeri mayoritas Muslim ini akan dikuasai oleh orang non-Muslim,
orang kafir. Sebab, masalahnya bukan sampainya orang Islam ke tampuk
kekuasaan, melainkan sampainya Islam di sana. Apa artinya, jika seorang
Muslim berkuasa, tetapi tidak untuk Islam dan tidak untuk menerapkan
hukum Islam? Maka, dia tak ubahnya dengan orang non-Muslim yang
berkuasa. Karena, sama-sama tidak menerapkan Islam.
Ada juga yang mengatakan, “Dari pada tidak sama sekali, lebih baik berkuasa, dan menerapkan hukum semampunya”, dengan alasan:
]ماَ لاَيُدْرَكُ كُلُّهُ لاَ يُتْرَكُ جَلُّهُ[
“Apa yang tidak bisa diraih semuanya, jangan ditinggalkan semuanya.”
Kaidah ini tentu tidak salah, yang salah
adalah implementasinya. Bagaimana mungkin orang atau partai yang tidak
memperjuangan Islam secara kaffah, kemudian menggunakan kaidah
ini untuk membenarkan secuil kekuasaan yang diraihnya untuk membenarkan
tindakannya? Mereka juga tahu, bahwa secuil kekuasaannya itu nyatanya
tidak bisa digunakan untuk memenangkan Islam. Tidakkah pelajaran dari
Mursi di Mesir cukup untuk menyadarkan kita? Bahkan, andai pun mereka
memenangkan pemilihan dengan telak, belum tentu bisa berkuasa.
Sebagaimana pula yang pernah dialami FIS di Aljazair.
Banyak yang kemudian menggunakan logika
matematika dalam berpolitik. Jika seluruh kursi, atau mayoritas kursi di
parlemen mereka kuasai, kemudian pemilu presiden mereka menangkan, maka
mereka bisa berkuasa penuh, dan melakukan apapun untuk kepentingan
Islam. Benarkah? Logika seperti ini hanyalah asumsi, hipotesis, sebatas
pengandaian. Karena realitasnya tidak demikian. Politik bukanlah
hitungan matematika, dengan kepastian mutlak. Tetapi politik adalah seni
berbagai kemungkinan. Bisa jadi orang atau partai yang menang tidak
berkuasa, seperti FIS di Aljazair. Bisa jadi, menang tetapi hanya
berkuasa sementara, seperti Mursi dan Ikhwan di Mesir. Bisa jadi, tidak
menang, tetapi bisa berkuasa, seperti Soeharto pasca Supersemar, dan
kasus-kasus lainnya. Inilah realita politik.
Karena itu, di dalam kamus politik tidak
ada yang pasti. Dalam menghadapi ketidakpastian politik, yang paling
penting sesungguhnya adalah sikap kita. Kita memang tidak boleh bersikap
apolitik, atau tidak berpolitik. Karena dalam pandangan Islam,
berpolitik untuk mengurusi urusan umat dengan Islam hukumnya wajib.
Namun, yang lebih penting adalah, apakah ketika kita melakukan semuanya
itu terikat dengan Islam atau tidak? Terikat dengan perintah dan
larangan Allah atau tidak? Mengikuti tuntunan Rasulullah atau tidak?
Karena semua tindakan kita akan diminta pertangungjawaban di hadapan
Allah SWT kelak.
Meski tampak mustahil, berat dan belum
terlihat hasilnya, tetapi jika semua yang kita lakukan sesuai dengan
Islam, terikat dengan perintah dan larangan Allah, serta mengikuti
tuntutanan Rasulullah, maka nilainya telah terpatri di sisi Allah, di Lauh al-Mahfudh.
Sebaliknya, meski tampak nyata, dan banyak yang telah dilakukan, namun
jika semua yang dilakukan itu tidak sesuai dengan Islam, tidak terikat
dengan perintah dan larangan Allah, serta tidak mengikuti tuntunan
Rasulullah Saw., maka semuanya itu sia-sia. Karena nilainya di sisi
Allah nihil. Catatan di Lauh al-Mahfudh pun dipenuhi dengan
catatan maksiat dan dosa. Karena itu renungkan apa yang sudah kita
perbuat, termasuk pilihan sikap kita, apakah terikat dan sesuai dengan
syariah Islam, atau tidak. Dan selanjutnya, hasil renungan itu harus
dijadikan pelajaran ke depan, agar kita bisa lepas dari kemaksiatan dan
kembali terikat kepada syariah Islam dan menerapkannya. Denga itu semoga
kita bisa mengharap rahmat Allah, keridhaan-Nya dan pahala surga-Nya.
NOMOR INDUK SISWA NASIONAL (NISN) MIM BANARAN SAMBUNGMACAN
NOMOR INDUK SISWA NASIONAL (NISN)
MI MUHAMMADIYAH BANARAN SAMBUNGMACAN
Di Undhuh terakhir pada
28/11/2011 pk.14:43 WIB
APABILA ADA DOUBLE, YANG
DIPAKAI YANG MEMAKAI HURUF BESAR...
NISN OLEH DIKNAS DI UPLOAD 5
TAHUN YANG LALU...
SAMPAI SEKARANG, BELUM ADA
PENGAJUAN NISN KEMBALI...
DI MIM BANARAN YANG SEKARANG
KELAS 1 S/D KELAS 5 BELUM MEMPUNYAI NISN,
APABILA ADA INFO PENGAJUAN
& NISN SUDAH TURUN AKAN KITA UPLOAD DI BLOG INI....
TERIMA KASIH....
SEMOGA BERGUNA...
NISN
|
Nama
|
Kelamin
|
|
0034613035
|
AHMAD MAULANA SHAHAB
|
Laki-laki
|
|
0034613040
|
ALROSYID DEDEN
ARDIANSYAH
|
Laki-laki
|
|
0034613044
|
ANNISA
PUTRI NURUL RAHMAH
|
Perempuan
|
|
0034613034
|
DHEA
CINDY ANGGRAINI
|
Perempuan
|
|
0034613036
|
DINA
SETIAWATI
|
Perempuan
|
|
0034613032
|
FIRLY
FITRANINGFERA
|
Perempuan
|
|
0034613033
|
HILDA
PUTRI MAHARANI
|
Perempuan
|
|
0027979391
|
ILHAM
DEWANTI ARUM PRAYOGA
|
Perempuan
|
|
0034613041
|
INTAN
PUTRI AMALIA
|
Perempuan
|
|
0034613038
|
MUHAMMAD
ZIDAN AKBAR
|
Laki-laki
|
|
0034613043
|
REGAN
ADABI KHALID PUTRA YUSAC B
|
Laki-laki
|
|
0040335627
|
SABRINA
CHAIRUNNISA
|
Perempuan
|
|
0034613037
|
TARINO
BAYU PUTRA
|
Laki-laki
|
|
0027979393
|
TINA
YULIANA PRAMESTI
|
Perempuan
|
|
0027979400
|
UKASAH
|
Laki-laki
|
|
0034613042
|
VIJAY
REESTHA K
|
Laki-laki
|
|
0034613031
|
WIDIYARTI
|
Perempuan
|
|
0034613030
|
ZAHARA
HAQ
|
Perempuan
|
|
0034613039
|
ZONA
CITA ISLAMI
|
Perempuan
|
|
0027979399
|
ADISTY
KARUNIA OCTAVIANA
|
Perempuan
|
|
0010808990
|
AGUS
PRASETYO
|
Laki-laki
|
|
0027979398
|
ANANDIYA
YATUS SHOLIKHAH
|
Perempuan
|
|
0027979389
|
ANTON
TRI SUTRISNO
|
Laki-laki
|
|
9800013784
|
ANTONI
|
Laki-laki
|
|
0027979394
|
DASILVA
CASANNOVA
|
Laki-laki
|
|
0027979396
|
FAUZIAH
ANGGRAINI
|
Perempuan
|
|
0027979395
|
HESTI
TRI RAHAYU
|
Perempuan
|
|
0027979387
|
JEZYCCA
WARIN ALGAMULLA
|
Perempuan
|
|
0034613029
|
M DYCO
RAHMAN HAKIM
|
Laki-laki
|
|
0034613028
|
NADIA
ULIN NUHA
|
Perempuan
|
|
0010808991
|
NAJIB
ALUN SAMUDRA PUTRA
|
Laki-laki
|
|
0027979388
|
RENDI
ANDIK PRASTYO
|
Laki-laki
|
|
0010808988
|
RIFQI
TAUHID
|
Laki-laki
|
|
0027979392
|
RIO TRI
ARJUNA
|
Laki-laki
|
|
0010808989
|
ROHMAT
NUR MALIK
|
Laki-laki
|
|
0027979397
|
SIDIQ
PERMANA AJI
|
Laki-laki
|
|
0027979401
|
SOFYAN
ARDIANSYAH
|
Laki-laki
|
|
0027979390
|
VENNA
ACHMAD
|
Perempuan
|
|
9990738570
|
AHMAD
DANI
|
Laki-laki
|
|
0010779014
|
ANANDA
IVAN MUHLISIN
|
Laki-laki
|
|
0010779015
|
ANDREANSYAH
TAUFIQURROHMAN
|
Laki-laki
|
|
0000471604
|
ARIF
MOCHLISIN
|
Laki-laki
|
|
0010779016
|
Antoni
Muhammad Irsyad
|
Laki-laki
|
|
0010779017
|
Arma
Kinanti
|
Perempuan
|
|
0003775448
|
BRILLIAN
AGREE EL ISLAMY
|
Laki-laki
|
|
0000471606
|
EDI
WIDODO
|
Laki-laki
|
|
0010779019
|
Febby
Dyah Ayu Indarti
|
Perempuan
|
|
0010779020
|
HELMI
KHOZIN
|
Laki-laki
|
|
9990738572
|
HENDRIK
SANTRIYONO
|
Laki-laki
|
|
0010779021
|
JEVY
HANITA ANGGREINI
|
Perempuan
|
|
NISN
|
Nama
|
Kelamin
|
|
0010779022
|
KEVIN
DEWA ADJI
|
Laki-laki
|
|
0003789370
|
MIFTAH
FARID
|
Laki-laki
|
|
0010779023
|
NUR
HAZAH EKA APRIYANI
|
Perempuan
|
|
0010779024
|
SISKA
WULANDARI
|
Perempuan
|
|
0010779025
|
Wiki
Dwi Rahayu
|
Perempuan
|
|
0003775460
|
YESSY
ALVINA LORENSYA
|
Perempuan
|
|
0003775461
|
Zahiafin
Nisa
|
Perempuan
|
|
0000471603
|
ALFAH
NUR HASANAH
|
Perempuan
|
|
0003775446
|
Alfah
Nur Hasanah
|
Perempuan
|
|
0003775447
|
Arif
Mochlisin
|
Laki-laki
|
|
9970812493
|
BOBBY
HARIANTO
|
Laki-laki
|
|
0000471605
|
CANDRA
TRI WIBOWO
|
Laki-laki
|
|
9990738569
|
CINTIA
ISNAWATI
|
Perempuan
|
|
0003775449
|
Candra
Tri Wibowo
|
Laki-laki
|
|
9994973841
|
Cintia
Isnawati
|
Perempuan
|
|
0010039019
|
DAFFA
NAUFAL HANAFI
|
Laki-laki
|
|
0010779018
|
Daffa
Naufal fianafi
|
Laki-laki
|
|
9994973842
|
Dani
|
Laki-laki
|
|
9990738571
|
EGA
APRIYANTI
|
Perempuan
|
|
0003775450
|
Edi
Widodo
|
Laki-laki
|
|
9994973843
|
Ega
Apriyanti
|
Perempuan
|
|
0000471607
|
FATMA
INAYATUL KHOLISOH
|
Perempuan
|
|
0000471608
|
FITRIYATI
ROMADHONI
|
Perempuan
|
|
0003775451
|
Fatma
Inayatul Kholisoh
|
Perempuan
|
|
0003775452
|
Fitriyani
Romadhoni
|
Perempuan
|
|
9994973844
|
Hendrik
Santriyono
|
Laki-laki
|
|
0000471609
|
IKHLASUL
FIRDAUS
|
Laki-laki
|
|
0000471610
|
INDAH
AMBARWATI
|
Perempuan
|
|
0003775453
|
Ikhlasul
Firdaus
|
Laki-laki
|
|
0003775454
|
Indah
Ambarwati
|
Perempuan
|
|
0000471611
|
KHOFIFAH
ANGGAR PARIWARA
|
Perempuan
|
|
9990738573
|
KHOIRUL
ADNAN OKTAVIAN
|
Laki-laki
|
|
0003775455
|
Khofifah
Anggar Pariwara
|
Perempuan
|
|
9994973845
|
Khoirul
Adnan Oktavian
|
Laki-laki
|
|
0000471612
|
MUHAMMAD
IKHSAL FADLI AFANDI
|
Laki-laki
|
|
0000471613
|
MUHAMMAD
YULIAN SARIFFUDIN
|
Laki-laki
|
|
0003775456
|
Muhammad
Ikhsal Fadli Afandi
|
Laki-laki
|
|
0003775457
|
Muhammad
Yulian Sariffudin
|
Laki-laki
|
|
9990738576
|
NURVIANTIYO
WISNU AJI HASANUDIN
|
Laki-laki
|
|
9994973848
|
Nurviatiyo
Wisnu Aji Hasanudin
|
Laki-laki
|
|
0000471614
|
RAHMAT
BURHAN SAYUTI
|
Laki-laki
|
|
0000471615
|
RIZKA
AINA NUR SAFITRI
|
Perempuan
|
|
0003775458
|
Rahmat Burhan
Sayuti
|
Laki-laki
|
|
0003775459
|
Rizka
Aina Nur Safari
|
Perempuan
|
|
9993605192
|
SINTA
SITI MUSRIFAH
|
Perempuan
|
|
9990738580
|
TUNIK
FIKRIA ROMADHONI
|
Perempuan
|
|
9994973852
|
Tunik
Fikria Romadhoni
|
Perempuan
|
|
9990738566
|
AISYAH
KHARRARA
|
Perempuan
|
|
9990738567
|
ALAN
ANANDA ANGKASA PUTRA
|
Laki-laki
|
|
9980795529
|
ALFIN
NURDIANSYAH
|
Laki-laki
|
|
9980795531
|
ANASA
AL FATIKAH
|
Perempuan
|
|
9994973838
|
Aisyah
Kharrara
|
Perempuan
|
|
9994973839
|
Alan
Ananda Angkasa Putra
|
Laki-laki
|
|
9984836405
|
Anasa
Al Fatikah
|
Perempuan
|
|
9990738568
|
BAGUS
PRAKOSO
|
Laki-laki
|
|
9994973840
|
Bagus
Prakoso
|
Laki-laki
|
|
9974933318
|
Bobby
Harianto
|
Laki-laki
|
|
9980795534
|
EIS NUR
LATIFAH
|
Perempuan
|
|
9984836408
|
Eis Nur
Latifah
|
Perempuan
|
|
9990738574
|
LUVI
WAHYU KURNIA SARI
|
Perempuan
|
|
9994973846
|
Luvi
Wahyu Kurniasari
|
Perempuan
|
|
9980795537
|
MU'ALIF
AZZARN
|
Laki-laki
|
|
9990738575
|
NOVITA
WIJAYANTI
|
Perempuan
|
|
9994973847
|
Novita
Wijayanti
|
Perempuan
|
|
9990738577
|
QONITAH
FAHMA TRI AGFIANI
|
Perempuan
|
|
9994973849
|
Qonitah
Fahma Tri Agfiani
|
Perempuan
|
|
9990738578
|
RIZKIA
NUR ANNISA
|
Perempuan
|
|
9994973850
|
Riskia
Nur Annisa
|
Perempuan
|
|
9990738579
|
TIZA
WAHYU ROMADLON
|
Perempuan
|
|
9960834441
|
TRI
YOKO
|
Laki-laki
|
|
9994973851
|
Tisa Wahyu
Romadloni
|
Perempuan
|
|
9990738581
|
YOGI
KRISTANTO
|
Laki-laki
|
|
9994973853
|
Yogi
Kristanto
|
Laki-laki
|
|
9950837363
|
AKBAR
JUWAN NUGROHO
|
Laki-laki
|
|
9980795530
|
AMIROH
LUTFI ANGGRAINI
|
Perempuan
|
|
9960834424
|
ANDRI
|
Laki-laki
|
|
9960834425
|
ANGGER
TRI ARIANI
|
Perempuan
|
|
9970812490
|
ARI
DESTARATA
|
Perempuan
|
|
9970812491
|
ARIFUDIN
MUHAMMAD ZAIN
|
Laki-laki
|
|
9960834426
|
AS
SALMA QINDI ALFARIZI
|
Laki-laki
|
|
9984836403
|
Alfin Nurdiansyah
|
Laki-laki
|
|
9984836404
|
Amiroh
Lutfi Anggraini
|
Perempuan
|
|
9965072043
|
Andri
|
Laki-laki
|
|
9965072044
|
Angger
Tri Ariani
|
Perempuan
|
|
9974933315
|
Ari Destarata
|
Perempuan
|
|
9974933316
|
Arifudin
Muhammad Zain
|
Laki-laki
|
|
9965072045
|
As
Salma Qindi Alfarizi
|
Laki-laki
|
|
9960834427
|
BAYU
SETYA BUDI
|
Laki-laki
|
|
9970812492
|
BELLA
MELY HERI RUSANDI
|
Perempuan
|
|
9960834428
|
BENI
SETYANI
|
Perempuan
|
|
9965072046
|
Bahyu
Setyo Budi
|
Laki-laki
|
|
9974933317
|
Bella
Mely Heri Rusandi
|
Perempuan
|
|
9980795532
|
CITRA
NIKEN WINDARSIH
|
Perempuan
|
|
9984836406
|
Citra
Niken Windarsih
|
Perempuan
|
|
9950837364
|
DEWI
CIPTANINGRUM
|
Perempuan
|
|
9970812494
|
DIAN
UKHTI ISTICHOMAH
|
Perempuan
|
|
9940916922
|
DIDIK
KARTONO
|
Laki-laki
|
|
9940916923
|
DITO
ADE SETYAWAN
|
Laki-laki
|
|
9980795533
|
DWITA
KARTIKASARI
|
Perempuan
|
|
9974933319
|
Dian
Ukhti Istiqomah
|
Perempuan
|
|
9984836407
|
Dwita
Kartikasari
|
Perempuan
|
|
9960834429
|
ERFAN
BAGUS PRASETYO
|
Laki-laki
|
|
9965072047
|
Erfan
Bagus Prasetyo
|
Laki-laki
|
|
9960834430
|
FAISAL
RAHMAN
|
Laki-laki
|
|
9960834431
|
FITRI
PURBANINGSIH
|
Perempuan
|
|
9960834432
|
FITRIYANI
|
Perempuan
|
|
9965072048
|
Faisal
Rahman
|
Laki-laki
|
|
9965072049
|
Fitri
Purbaningsih
|
Perempuan
|
|
9965072050
|
Fitriyani
|
Perempuan
|
|
9980795535
|
HAFIAN
FAHMA DWI AYUBI
|
Laki-laki
|
|
9980795536
|
HASAN
BASRI
|
Laki-laki
|
|
9970812495
|
HILMA
AINI ISTIQOMAH
|
Perempuan
|
|
9984836410
|
Hasan
Basri
|
Laki-laki
|
|
9974933320
|
Hilma
Aini Istiqomah
|
Perempuan
|
|
9940916924
|
IMAM
RIFA'I
|
Laki-laki
|
|
9950837365
|
MAR'ATUN
SHOLIHAH
|
Perempuan
|
|
9960834433
|
MAZIYA
ILMA
|
Perempuan
|
|
9960834434
|
MEGA
JUNIAWAN
|
Laki-laki
|
|
9970812496
|
MITA
LAELA MAIMUNAH
|
Perempuan
|
|
9980795538
|
MUGI
SYARIF ?ABDURROHMAN
|
Laki-laki
|
|
9970812497
|
MUHAMMAD
IRFAN FAIZAL ZUHRI
|
Laki-laki
|
|
9950837366
|
MUSTIKA
AGUSTINA
|
Perempuan
|
|
9980795539
|
MUTIARA
NABILLA
|
Perempuan
|
|
9965072051
|
Maziya
Ilma
|
Perempuan
|
|
9965072052
|
Mega
Juniawan
|
Laki-laki
|
|
9974933321
|
Mita
Laela Maimunah
|
Perempuan
|
|
9984836411
|
Mualif
Azzarn
|
Laki-laki
|
|
9984836412
|
Mugi
Syarif Abdurroman
|
Laki-laki
|
|
9974933322
|
Muhammad
Irfan Faizal Zuhri
|
Laki-laki
|
|
9984836413
|
Mutiara
Nabilla
|
Perempuan
|
|
9970812498
|
NABILAH
KHAIRUNNISA AGATHA
|
Perempuan
|
|
9960834435
|
NOVIA
N
|
Perempuan
|
|
9974933323
|
Nabilah
Khairunnisa Agatha
|
Perempuan
|
|
9965072053
|
Novia
N
|
Perempuan
|
|
9960834436
|
OKTA
TRI SANTOSO
|
Laki-laki
|
|
9965072054
|
Okta
Tri Santoso
|
Laki-laki
|
|
9960834437
|
RAHMA
AULIA DWI MARANTIKA
|
Perempuan
|
|
9960834438
|
RAHMAT
ARIFIN
|
Laki-laki
|
|
9970812499
|
RIFAN
AHMAD FIRDAUSI AL FARISI
|
Laki-laki
|
|
9970812500
|
RISKA
NOVITA SARI
|
Perempuan
|
|
9965072055
|
Rahma
Aulia Dwi Marantika
|
Perempuan
|
|
9965072056
|
Rahmat
Arifin
|
Laki-laki
|
|
9974933324
|
Rifan
Ahmad Firdausi Al Farisi
|
Laki-laki
|
|
9974933325
|
Riska
Novitasari
|
Perempuan
|
|
9970812501
|
SAGMA
JOVI LUSTANTI
|
Perempuan
|
|
9940916925
|
SALAMAH
DYAWATI
|
Perempuan
|
|
9960834439
|
SARWAN
HILMI HIDAYAT
|
Laki-laki
|
|
9960834440
|
SEPTIAN
TRI NUGROHO
|
Laki-laki
|
|
9950837367
|
SITI
SAMSIAH
|
Perempuan
|
|
9970812502
|
SOFIANA
ELOK SALSABELA
|
Perempuan
|
|
9974933326
|
Sagma
Jovi Lustanti
|
Perempuan
|
|
9965072057
|
Sarwan
Helmi Hidayat
|
Laki-laki
|
|
9965072058
|
Septian
Tri Nugroho
|
Laki-laki
|
|
9974933327
|
Sofiana
Elok Salsabela
|
Perempuan
|
|
9980795540
|
TIAN
BAGUS RIFA?I
|
Laki-laki
|
|
9970812503
|
TIYAN
BACTIAR PRASTIA
|
Laki-laki
|
|
9970812504
|
TRI
RIZAL WAHVUDI
|
Laki-laki
|
|
9984836414
|
Tian
Bagus Rifai
|
Laki-laki
|
|
9974933328
|
Tiyan
Bactiar Prastia
|
Laki-laki
|
|
9974933329
|
Tri
Rizal Wahvudi
|
Laki-laki
|
|
9965072059
|
Tri
Yoko
|
Laki-laki
|
|
9960834442
|
UMI
MIFTAKHUL KHOIRRIYAH
|
Perempuan
|
|
9980795541
|
USDHA
ANNISYA
|
Perempuan
|
|
9965072060
|
Umi
Miftakhul Khoirriyah
|
Perempuan
|
|
9984836415
|
Usdha
Annisya
|
Perempuan
|
|
9970812505
|
VINA
LARASWATI
|
Perempuan
|
|
9974933330
|
Vina
Laraswati
|
Perempuan
|
|
9965072061
|
Viola
Tiara Fazira
|
Perempuan
|
|
9960834445
|
WIJI
LESTARI
|
Perempuan
|
|
9965072062
|
Wiji
Lestari
|
Perempuan
|
|
9960834446
|
YOLANDA
DEWI NIKEN PRAMESTI
|
Perempuan
|
|
9965072063
|
Yolanda
Dewi Niken Pramesti
|
Perempuan
|
Subscribe to:
Posts (Atom)