Mengapa Muhammadiyah memilih Metode Hisab?
Tanya:
Selama ini Muhammadiyah dalam menentukan awal bulam kamariah berpedoman pada metode Hisab, mohon penjelasan tentang alasan Muhammadiyah memilih metode Hisab?
Jawab:
Sebelum menjawab pertanyaan saudara,
perlu terlebih dahulu dijelaskan memang betul apa yang saudara tanyakan
bahwa pandangan Tarjih tentang penetapan awal bulan kamariah dengan menggunakan metode Hisab. Muhammadiyah, seperti dilakukan oleh Majelis Tarjih
dan Tajdid, digunakan hisab untuk penetapan awal bulan kamariah,
termasuk bulan-bulan ibadah. Majelis Tarjih dan Tajdid tidak menggunakan
rukyat. setidaknya
ada beberapa alasan mengapa Muhammadiyah lebih memilih menggunakan Hisab
dalam menentukan awal bulan kamariyah, termasuk di dalamnya awal bulan
ramadhan.
Alasan Penggunaan Hisab
Alasan penggunaan hisab dalam Muhammadiyah adalah sebagai berikut:
- Al-Qur’an Surat Ar-Rahman ayat 5:
الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ (الرحمن:5)
Artinya: Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan (QS. ar-Rahman, 55:5)
- Al-Qur’an Surat Yunus ayat 5
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ
ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ
السِّنِينَ وَالْحِسَابَ (يونس:5)
Artinya: Dia-lah
yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan
itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu) (QS. Yunus, 10: 185).
- Hadis al-Bukhari dan Muslim,
إِذَا رَأَيْتُمُوْهُ
فصُوْمُوْا وَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُ فَأَفْطِرُوْا فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ
فَاقْدُرُوْا لَهُ [رواه البخاري ، واللفظ له ، ومسلم] .
Artinya: Apabila
kamu melihat hilal berpuasalah, dan apabila kamu melihatnya
beridulfitrilah! Jika Bulan terhalang oleh awan terhadapmu, maka
estimasikanlah [HR al-Bukhari, dan lafal di atas adalah lafalnya, dan juga diriwayatkan Muslim].
- Hadis tentang keadaan umat yang masih ummi, yaitu sabda Nabi saw,
إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ لا
نَكْتُبُ ولا نَحْسُبُ الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا يَعْنِي مَرَّةً
تِسْعَةً وَعِشْرِينَ وَمَرَّةً ثَلاثِينَ [رواه البخاري ومسلم].
Artinya: Sesungguhnya
kami adalah umat yang ummi; kami tidak bisa menulis dan tidak bisa
melakukan hisab. Bulan itu adalah demikian-demikian. Maksudnya adalah
kadang-kadang dua puluh sembilan hari, dan kadang-kadang tiga puluh hari [HR al-Bukhari dan Muslim].
Dalam Muhammadiyah digunakan hisab
hakiki wujudul hilal. Arti hisab hakiki adalah bahwa penanggalan
didasarkan kepada gerak sebenarnya (hakiki / sesungguhnya) dari Bulan.
Hisab hakiki berbeda dengan hisab urfi, yang tidak mendasarkan pada
gerak sebenarnya dari Bulan, sehingga antara hisab urfi dan gerak Bulan
tidak selalu sejalan, terkadang hisab urfi mendahului dan terkadang
terlambat. Wujul hilal artinya keberadaan Bulan di atas ufuk saat
matahari terbenam setelah terjadinya konjungsi. Jadi hisab hakiki
wujudul hilal itu menetapkan bulan baru dengan tiga kriteria, yaitu:
- telah terjadi ijtimak (konjungsi), yaitu tercapainya satu putaran sinodis Bulan mengelilingi bumi,
- ijtimak terjadi sebelum terbenamnya matahari, dan
- pada saat matahari terbenam Bulan berada di atas ufuk.
Apa yang dikemukakan di atas adalah alasan syar‘i. Sedangkan alasan astronomis adalah:
1) Rukyat tidak dapat dijadikan
landasan untuk membuat kalender, karena dengan rukyat, awal bulan baru
bisa diketahui pada H-1, dan rukyat tidak bisa meramal tanggal jauh ke
depan sehingga tidak mungkin membuat penjadwalan waktu.
2) Rukyat tidak bisa menyatukan
tanggal di seluruh dunia karena rukyat terbatas jangkauannya. Rukyat
hanya bisa dipedomani pada kawasan normal, yaitu kawasan di bawah garis
60º LU dan di atas garis 60º LS. Kawasan di luar itu adalah tidak normal
karena munculnya Bulan akan terlambat. Di kawasan Lingkaran Artika dan
Lingkaran Antartika pada musim dingin yang bisa dilihat hanya Bulan
purnama dan Bulan cembung. Bulan sabit berada di bawah ufuk selama musim
dingin.
3) Rukyat akan membelah kawasan muka
bumi menjadi dua bagian, yaitu kawasan yang bisa merukyat dan kawasan
yang pada sore yang sama tidak bisa merukyat yang berakibat terjadinya
perbedaan memasuki bulan baru. Kawasan yang sudah bisa merukyat hilal
memasuki bulan baru pada malam itu dan keesokan harinya, sementara
kawasan yang tidak bisa melihat hilal pada sore tersebut memasuki bulan
baru lusa. Rukyat akan senantiasa membelah muka bumi, sehingga mustahil
menyatukan awal bulan kamariah berdasarkan rukyat.
No comments:
Post a Comment