SYUKUR
ﻟَﺌِﻦْ ﺷَﻜَﺮْﺗُﻢْ ﻷََﺯِﻳﺪَﻧَّﻜُﻢْ ۖ ﻭَﻟَﺌِﻦْ ﻛَﻔَﺮْﺗُﻢْ ﺇِﻥَّ ﻋَﺬَﺍﺑِﻲ ﻟَﺸَﺪِﻳﺪٌ
"Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan
jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih". [QS. Ibrahim(14): 7]
Syukur dari kata syakara yang berarti membuka.
Lawannya adalah kafara (kufur) yang berarti menutup (melupakan nikmat dan menutup-nutupinya).
Kata syukur mengisyaratkan, manusia yang merasa puas dengan yang sedikit maka akan diberi lebih banyak.
Allah menyatakan bahwa syukur thd nikmat harus diwujudkan
ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﺑِﻨِﻌْﻤَﺔِ ﺭَﺑِّﻚَ ﻓَﺤَﺪِّﺙْ
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan [QS. Adh-Dhuha(93): 11]
Ada 3 media dalam mewujudkan rasa syukur
1. Dengan hati
Meyakini
bahwa Allah-lah sumber kenikmatan yang diperoleh, tanpa menggerutu.
Bahkan meski mendapat musibah. Bukan atas musibah tersebut, tetapi lebih
ringannya musibah tersebut dan kemampuan mengatasinya.
2. Dengan lisan
Dengan
mengakui melalui ucapan bahwa sumber nikmat adalah Allah sambil
memujiNYA (al-hamdulillah). Kata AL mengandung arti “keseluruhan”, yang
berarti keseluruhan pujian hanyalah untuk Allah SWT. Bagaimana saat kita
memuji seseorang karena kebaikannya ? Bahwa pujian tersebut pada
akhirnya harus dikembalikan kepada sumbernya. Karena Allah-lah yang
memberikan kebaikan kepada kita melalui orang lain.
3. Dengan perbuatan
ﺍﻋْﻤَﻠُﻮﺍ ﺁﻝَ ﺩَﺍﻭُﻭﺩَ ﺷُﻜْﺮًﺍ ۚ ﻭَﻗَﻠِﻴﻞٌ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِﻱَ ﺍﻟﺸَّﻜُﻮﺭُ
Bekerjalah
hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali
dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur [QS. Saba'(34): 13]
Jadi,
bekerja adalah upaya setiap insan muslim untuk bersyukur. Bekerja
merupakan manifestasi dari menggunakan segala kenikmatan yang diperoleh
sesuai dengan tujuan penciptaannya.
Tapi, berhati2lah dengan kinerja iblis (syetan) yang telah bersumpah kepada Allah
ﺛُﻢَّ
ﻵَﺗِﻴَﻨَّﻬُﻢْ ﻣِﻦْ ﺑَﻴْﻦِ ﺃَﻳْﺪِﻳﻬِﻢْ ﻭَﻣِﻦْ ﺧَﻠْﻔِﻬِﻢْ ﻭَﻋَﻦْ
ﺃَﻳْﻤَﺎﻧِﻬِﻢْ ﻭَﻋَﻦْ ﺷَﻤَﺎﺋِﻠِﻬِﻢْ ۖ ﻭَﻻَ ﺗَﺠِﺪُ ﺃَﻛْﺜَﺮَﻫُﻢْ ﺷَﺎﻛِﺮِﻳﻦَ
kemudian
saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari
kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan
mereka bersyukur [QS. Al-A'raf(7): 17]
JADI, syukur itu ...
1.a. Puas terhadap nikmat sekecil apapun (alhamdulillahirabbil 'aalamiin) --> pasrah kpd Allah [QS. Yusuf(12): 67]
1.b.
Menghadapi masalah sebesar apapun (innalillaahi wa innaa ilaihi
raaji'uun) --> masalah lbh kecil dr kemampuan kita [QS.
Al-Baqarah(2): 286]
2. Selanjutnya, berusaha lebih giat lagi untuk mendapatkan nikmat yang lebih baik dan berusaha menyelesaikan masalahnya
Apapun hasil kinerja no. 2 terus ke nomor 1 lagi
Maka, setiap muslim itu akan tetap tersenyum apapun kondisinya. Karena Allah tujuannya (TAUHID)
Sangat
sulit untuk menjadi golongan yang senantiasa bersyukur (asy-syakirun),
marilah kita terus berusaha untuk melakukan syukur (yasykurun) ...
Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin
GURU MIM BANARAN SAMBUNGMACAN
siswa
.
Q.S. Ali Imran : 104
KH. AHMAD DAHLAN
JADILAH SEPERTI PENSIL
JADILAH SEPERTI
PENSIL
Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis
sebuah surat. "Nenek lagi menulis apa? Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek
berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, “Sebenarnya
nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih
penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai.
Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”,
ujar si nenek lagi. Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian
melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika
dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.
"Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil
yang lainnya", ujar si cucu.
Si nenek kemudian menjawab, "Itu semua tergantung bagaimana
kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang
memiliki filosofi agar dirimu selalu tenang dalam menjalani
hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini".
Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.
*"Kualitas pertama,
pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa
berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil
ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan TUHAN, Dia akan selalu membimbing kita
menurut kehendakNya".
*"Kualitas kedua,
dalam proses menulis, nenek kadang beberapa
kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan
kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil
menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu,dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi
orang yang lebih baik dan tahan uji.
*"Kualitas ketiga,
pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah.
Oleh karena itu...memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek.
Itu dapat membantu kita utk tetap berada pada jalan yang benar.
*"Kualitas keempat,
Bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yg ada didalam sebuah pensil.
Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal2 didalam dirimu.
*Kualitas kelima,
Sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/ goresan..
Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan.
Oleh karena itu selalulah hati2 dan sadar terhadap semua tindakan.
Wallahu'alam
Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis
sebuah surat. "Nenek lagi menulis apa? Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek
berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, “Sebenarnya
nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih
penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai.
Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”,
ujar si nenek lagi. Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian
melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika
dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.
"Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil
yang lainnya", ujar si cucu.
Si nenek kemudian menjawab, "Itu semua tergantung bagaimana
kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang
memiliki filosofi agar dirimu selalu tenang dalam menjalani
hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini".
Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.
*"Kualitas pertama,
pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa
berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil
ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan TUHAN, Dia akan selalu membimbing kita
menurut kehendakNya".
*"Kualitas kedua,
dalam proses menulis, nenek kadang beberapa
kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan
kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil
menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu,dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi
orang yang lebih baik dan tahan uji.
*"Kualitas ketiga,
pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah.
Oleh karena itu...memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek.
Itu dapat membantu kita utk tetap berada pada jalan yang benar.
*"Kualitas keempat,
Bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yg ada didalam sebuah pensil.
Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal2 didalam dirimu.
*Kualitas kelima,
Sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/ goresan..
Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan.
Oleh karena itu selalulah hati2 dan sadar terhadap semua tindakan.
Wallahu'alam
7 TIPS & KIAT JITU AGAR RIZKI LANCAR, MENGALIR, MELIMPAH DAN BERKAH MENURUT ISLAM
7 TIPS & KIAT JITU AGAR RIZKI LANCAR,
MENGALIR, MELIMPAH DAN BERKAH MENURUT ISLAM :
Tips Mengatasi Kesulitan Rizqi, Do’a agar
Rizki lancar, upaya dan usaha (ikhtiar) untuk memperoleh rezeki, kesuksesan,
kemulyaan, kekayaan, keberlimpahan dan keberkahan di dalam hidup. Di antaranya:
1. Berusaha dan BekerjaSudah merupakan sunnatullah seseorang yang ingin
mendapatkan limpahan rezeki Allah harus berusaha dan bekerja. Hal ini
berdasarkan firman Allah Ta’ala :“Kalau telah ditunaikan shalat Jum’at maka
bertebaranlah di muka bumi dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kalian
bahagia.” (QS. Al Jumu’ah : 10)Rezeki Allah itu harus diusahakan dan dicari. Tapi,
kadang-kadang karena gengsi, sombong dan harga diri seseorang enggan bekerja. Padahal
mulia atau tidaknya suatu pekerjaan itu dilihat apakah pekerjaan tersebut halal
atau haram.
2. TaqwaBanyak orang melalaikan perkara ini, karena kesempitan hidup yang
dialaminya. Dia mengabaikan perintah-perintah Allah, karena tidak sabar
menunggu datangnya pertolongan Allah. Padahal Allah Ta’ala telah menyatakan
:“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan
keluar baginya. Dan memberikan rezeki kepadanya dari arah yang tidak
disangka-sangkanya. ” (QS. Ath Thala : 2)Yaitu ‘dari jalan yang tidak diharapkan
dan diangankan-angankan ,’ demikian komentar Qatadah, seorang tabi’in (Tafsir
Ibnu Katsir 4/48). Lebih jelas lagi Syaikh Salim Al Hilali mengatakan bahwa
Allah Yang Maha Tinggi dan Agung memberitahukan, barangsiapa yang bertaqwa
kepada-Nya niscaya Dia akan memberikan jalan keluar terhadap problem yang
dihadapinya dan dia akan terbebas dari mara bahaya dunia dan akhirat serta
Allah akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka (Bahjatun
Nadhirin 1/44).
3. TawakkalAllah berfirman :“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah
niscaya Dia akan mencukupi (keperluan)nya. ” (QS. Ath Thalaq : 3)Yakni
‘barangsiapa yang menyerahkan urusannya kepada Allah niscaya Dia akan mencukupi
apa yang dia inginkan,” demikian kata Imam Al Qurthubi dalam dalam Al Jami’
Ahkamul Qur’an, 8/106.Dan tidak dinamakan tawakkal bila tidak menjalani usaha. Sesungguhnya
menjalani usaha merupakan bagian dari tawakkal itu sendiri. Oleh karena itu
Ibnul Qoyyim mengatakan :“Tawakkal dan kecukupan (yang Allah janjikan) itu, bila
tanpa menjalani asbab yang diperintahkan, merupakan kelemahan semata, sekalipun
ada sedikit unsur tawakkalnya. Hal yang demikian itu merupakan tawakkal yang
lemah. Maka dari itu tidak sepantasnya seorang hamba menjadikan sikap tawakkal
itu lemah dan tidak berbuat dan berusaha. Seharusnya dia menjadikan tawakkal
tersebut bagian dari asbab yang diperintahkan untuk dijalani, yang tidak akan
sempurna makna makna tawakkal kecuali dengan itu semua.” (Zadul Ma’ad
2/315). Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengingatkan kita dalam riwayat
yang shahih :“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar
tawakkal, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepada kaian sebagaimana burung
diberi rezeki, pergi di pagi hari dalam keadaan perut kosong, (dan) pulang sore
hari dalam keadaan kenyang.” (HR. An Nasai, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
4. SyukurSyukur adalah jalan lain yang Allah berikan kepada kaum mukminin
dalam menghadapi kesulitan rezeki. Dalam surat Ibrohim ayat 7 Allah berfirman
:“Kalau seandainya kalian bersyukur, sungguh-sungguh Kami akan menambah untuk
kalian (nikmat-Ku) dan jika kalian mengingkarinya, sesungguhnya adzab-Ku sangat
keras.” (QS. Ibrohim : 7)Oleh karena itu dengan cara bersyukur insya Allah akan
mudah urusan rezeki kita. Adapun hakekat syukur adalah : “mengakui nikmat
tersebut dari Dzat Yang Maha Memberi nikmat dan tidak mempergunakannya untuk
selain ketaatan kepada-Nya,” begitu Al Imam Qurthubi menerangkan kepada kita
(tafsir Qurthubi 9/225)
5. BerinfaqSebagian orang barangkai menyangka bagaimana mungkin berinfaq
dapat mendatangkan rezeki dan karunia Allah, sebab dengan berinfaq harta kita
menjadi berkurang. Ketahuilah Dzat Yang Maha Memberi Rezeki telah berfirman
:“Dan apa-apa yang kalian infaqkan dari sebagian harta kalian, maka Allah akan
menggantinya. ” (QS. Saba: 39)
6. SilaturohmiDalam hal ini Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda
:“Barangsiapa yang berkeinginan untuk dibentangkan rezeki baginya dan
dipanjangkan umurnya, maka hendaklah menyambung silaturohmi. “ (HR.
Bukhori Muslim)
7. DoaAllah memberikan senjata yang ampuh bagi muslimin berupa doa. Dengan
berdoa seorang muslim insya Allah akan mendapatkan apa yang dia inginkan. Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam menuntun kita agar berdoa tatkala kita menghadapi
kesulitan rezeki.“Ya Allah aku meminta kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rezeki
yang baik dan amalan yang diterima.”
(HR. Ibnu Majah dan yang selainnya)
Wallahu a’lam bish Showab
Mengapa Mencari Rezeki Yang Haram, Padahal Rezeki Telah Dijamin?
Mengapa Mencari Rezeki Yang Haram, Padahal
Rezeki Telah Dijamin?
 Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala
Rasulillah, amma ba’du: Tak pernah merasa kekurangan sedikitpun karena Allah
Maha Banyak Memberi rezeki Sebagaimana sudah diketahui dari artikel sebelumnya,
bahwa Allah Ta’alaadalah اَلرَّزَّاقُ
(Ar-Razzaq [Yang Banyak Memberi rezeqi]) karena اَلرَّزَّاقُ
merupakan bentuk mubalaghah (penyangatan) dari kata اَلرَّازِقُ
(Pemberi rezeki), maka ini menunjukkan kepada makna banyak. Yaitu menunjukkan
banyaknya rezeki yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya dan juga menunjukkan
banyaknya hamba-hamba-Nya yang mendapatkan rezeki tersebut. Sehingga اَلرَّزَّاقُ (Ar-Razzaq) artinya Yang Banyak
Memberi rezeqi. Dia memberi rezeki yang satu kemudian rezeki yang lain dalam
jumlah yang sangat banyak untuk seluruh makhluk-Nya. Setiap makhluk yang
berjalan di muka bumi ini pasti diberi rezeki, sebagaimana firman
Allah Ta’ala, وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ
إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا “Dan tidak ada satupun makhluk yang
berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (Huud: 6).
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’dirahimahullah berkata, أي: جميع ما دب على وجه الأرض، من آدمي، أو حيوان بري أو بحري، فالله
تعالى قد تكفل بأرزاقهم وأقواتهم،
فرزقهم على الله “Maksudnya, seluruh yang berjalan di muka
bumi ini, baik dari kalangan manusia (keturunan Nabi Adam ‘alaihis salam),
maupun binatang, baik binatang darat maupun laut,
21
March 2015 ↔ no comments
Mengapa Mencari Rezeki Yang Haram Padahal Rezeki Telah Dijamin?

Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du:
Tak pernah merasa kekurangan sedikitpun karena Allah Maha Banyak Memberi rezeki
Sebagaimana sudah diketahui dari artikel sebelumnya, bahwa Allah Ta’alaadalah اَلرَّزَّاقُ (Ar-Razzaq [Yang Banyak Memberi rezeqi]) karena اَلرَّزَّاقُ merupakan bentuk mubalaghah (penyangatan) dari kata اَلرَّازِقُ (Pemberi rezeki), maka ini menunjukkan kepada makna banyak. Yaitu menunjukkan banyaknya rezeki yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya dan juga menunjukkan banyaknya hamba-hamba-Nya yang mendapatkan rezeki tersebut.
Sehingga اَلرَّزَّاقُ (Ar-Razzaq) artinya Yang Banyak Memberi rezeqi. Dia memberi rezeki yang satu kemudian rezeki yang lain dalam jumlah yang sangat banyak untuk seluruh makhluk-Nya.
Setiap makhluk yang berjalan di muka bumi ini pasti diberi rezeki, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
“Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (Huud: 6).
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’dirahimahullah berkata,
أي: جميع ما دب على وجه الأرض، من آدمي، أو حيوان بري أو بحري، فالله تعالى قد تكفل بأرزاقهم وأقواتهم، فرزقهم على الله
“Maksudnya, seluruh yang berjalan di muka bumi ini, baik dari kalangan manusia (keturunan Nabi Adam ‘alaihis salam), maupun binatang, baik binatang darat maupun laut, maka Allah Ta’ala telah menjamin rezeki dan makanan mereka. Jadi, rezeki mereka dijamin oleh Allah” (Tafsir As-Sa’di, hal. 422).
Berarti kita harus meyakini bahwa rezeki kita sudah dijamin oleh AllahTa’ala. Bahkan rezeki kita telah ditulis sebelum kita terlahir di dunia ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ
“Kemudian diutuslah Malaikatkepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Rezeki yang telah ditulis untuk kita pasti akan sampai ke kita. Tidaklah mungkin satu suap makanan yang sudah menjadi jatah kita akan masuk ke mulut orang lain. Seseorang tidaklah akan mati jika masih ada satu butir nasi saja yang menjadi jatahnya belum ia makan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ
“Wahai manusia bertakwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik dalam mencari rezeki, karena tidaklah suatu jiwa akan mati hingga terpenuhi rezekinya, walau lambat rezeki tersebut sampai kepadanya, maka bertakwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik dalam mencari rezeki, ambillah rezeki yang halal dan tinggalkanlah rezeki yang haram” (HR. Ibnu Majah, dan Syaikh Al-Albani menshahihkannya).
Seandainya sekarang seluruh manusia bersepakat untuk menghalangi rezeki yang yang telah Allah tetapkan untuk Anda, maka pastilah mereka akan gagal. Sebaliknya, sekarang seandainya seluruh manusia bersepakat untuk memberi Anda sesuatu yang tidak Allah tetapkan untuk Anda, maka pastilah mereka tidak akan mampu melakukannya.
اللهم لا مانع لما أعطيت و لا معطي لما منعت
“Ya Allah, tidak ada satupun yang mampu mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak pula ada satupun yang mampu memberi sesuatu yang Engkau cegah” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, serta yang lainnya).
Jatah rezeki Anda sudah ditetapkan, maka tidak ada alasan bagi Anda untuk merasa kekurangan. Bukankah tidak ada satu pun dari makhluk yang mampu mengurangi jatah rezeki Anda? Jika demikian, maka tidak mungkin jatah Anda bisa berkurang. Mengapa harus merasa kekurangan?
Jika Anda mengatakan “Tapi, rezeki yang saya dapatkan sedikit, jadi saya merasa kurang, cari rezeki halal sulit dan lama kayanya! Saya ingin cepat kaya! Rezeki haram lebih cepat dan mudah didapat, apa boleh buat!” Maka kami katakan kepada Anda “Mengapa harus menerjang yang haram padahal rezeki telah dijatah?”
Ketahuilah! Bahwa orang yang merasa tidak puas dengan rezeki halal yang didapatkannya selama ini dan merasa kurang, lalu mencarinya dengan cara yang haram, ini setidaknya ada tiga kemungkinan:
Ia malas mencari rezeki dengan cara yang halal atau kurang sungguh-sungguh dalam bekerja.Ia sudah bekerja maksimal dalam mencari rezeki yang halal, tapi masih merasa kurang.Ia sudah kaya, tapi masih pula merasa kurang.
Nasihat untuk orang yang pertama, hakikatnya ia sangatlah tidak pantas merasa kekurangan, karena ia belum berusaha dengan maksimal. Adapun untuk orang yang kedua dan ketiga, maka setidaknya ada dua kemungkinan penyebabnya:
Ia sudah tahu sikap dan prinsip hidup seorang muslim yang benar dalam masalah rezeki, lalu nekadmelanggarnya.Kurang atau tidak tahu sama sekali tentang sikap dan prinsip itu, sehingga ia terjatuh kedalam pelanggaran.
Wabillaahi nasta’iin, penjelasan berikut, semoga bisa menjadi obatnya.
Sikap yang benar terhadap rezeki
1. Rezeki atas kehendak Allah ‘Azza wa Jalla
Sikap yang harus dimiliki oleh setiap muslim terhadap rezeki adalah Allah-lah satu-satunya Sang Pemilik dan Pemberi rezeki hamba-hamba-Nya. Maka di dalam membagikan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, sesuai dengan kehendak-Nya. Allah memberi sebagian makhluk dan mencegah pemberian untuk sebagian yang lain sesuai dengan ilmu, hikmah (kebijaksanaan), dan keadilan-Nya. Demikian juga masalah banyaknya rezeki yang diberikan kepada para hamba-Nya, Allah memberikan kepada sebagian mereka rezeki yang banyak, sedangkan kepada sebagian yang lain sedikit saja. Semua terserah Allah Yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana, Allah tidak akan pernah zalim kepada mereka. Karena semuanya sesuai dengan ilmu,hikmah (kebijaksanaan) dan keadilan-Nya. Oleh karena itu Allah berfirman,
وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Dan Allah memberi rizki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas” (Al-Baqarah: 212).
Syaikh Abdur Rahmân bin Nashir as-Sa’di rahimahullah menjelaskan,
ولما كانت الأرزاق الدنيوية والأخروية, لا تحصل إلا بتقدير الله, ولن تنال إلا بمشيئة الله، قال تعالى: { وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ}
“Tatkala rezeki duniawi maupun rizki akhirat tidak akan dapat diperoleh kecuali dengan takdir Allah dan tidak bisa didapatkan kecuali dengan kehendak Allah, maka Allah pun berfirman {وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ}” (Tafsir As-Sa’di, hal. 95).
Allah Maha Mengetahui tentang orang yang jika dikayakan, maka kekayaannya membuatnya melupakan Allah. Dan Allah pun Maha Mengetahui bahwa ada orang yang jika dijadikan miskin, ia mampu bersabar dan beribadah kepada-Nya.
Jika ini dipahami, maka seorang hamba tidak protes terhadap jatah rezekinya, bahkan qona’ah (menerima dan rela) atas jatah rezekinya sembari meyakini bahwa hal ini adalah pilihan Allah yang terbaik baginya. Ia meyakini juga bahwa Allah lebih mengetahui dan lebih sayang terhadap diri hamba-Nya daripada hamba itu sendiri. Dengan demikian ia tidak nekad menerjang yang haram. Walaupun rezeki halal yang diperolehnya sedikit, namun itu adalah yang terbaik bagi dirinya.
2. Tujuan penciptaan (tujuan hidup) dan tujuan pemberian rezeki
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyahrahimahullah berkata,
إنما خَلَقَ الله الخَلْقَ، ليَعبُدوه، وإنما خَلَقَ الرزقَ لهم ليَسْتَعِيُنوا به على عبادته
“Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk hanya untuk beribadah kepada-Nya dan Allah menciptakan rezeki untuk mereka semata-mata agar mereka gunakan rezeki tersebut untuk beribadah kepada-Nya” (Majmu’ul Fatawa Imam Ibnu Taimiyyah, kitabul Iman, dari http://madrasato-mohammed.com/book232.htm).
Jika seseorang tahu tujuan hidupnya dan tujuan Allah memberinya rezeki, maka ia akan membenci rezeki haram dan tidak mau mencari rezeki haram, karena rezeki haram tidak bisa ia gunakan untuk beribadah kepada Rabbnya, bahkan menyebabkan datangnya siksa Allah. Jika memperoleh rezeki yang halal pun ia tidak gunakan secara berlebihan, sehingga ia merasa cukup dengan rezeki yang halal dan tidak membutuhkan rezeki yang haram.
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan bahwa sikap seorang mukmin yang benar berbeda dengan sikap hidup orang-orang kafir:
بخلاف المؤمن فإنه وان نال من الدنيا وشهواتها فإنه لا يستمتع بنصيبه كله ولا يذهب طيباته في حياته الدنيا بل ينال منها ما ينال منها ليتقوى به على التزود لمعاده
“Lain halnya dengan seorang mukmin, meskipun mendapatkan perolehan dunia (yang halal) dan kesenangannya, namun tidak akan ia pergunakan untuk bersenang-senang semata, dan tidak akan ia pergunakan untuk menghilangkan kebaikan-kebaikannya selama hidup di dunia. Tetapi akan ia pergunakan perolehan dunia (yang halal) itu untuk memperkuat diri dalam mencari bekal di akhiratnya kelak” (Miftahu Daris Sa’adah, Ibnul Qoyyim, hal. 197).
Jadi, profil seorang mukmin adalahboro-boro mencari rezeki yang haram, memperoleh rezeki yang halal saja, ia pergunakan dengan baik untuk beribadah kepada Allah.
3. Memahami hakikat Allah memberi dan mencegah rezeki
Orang yang tidak puas dengan rezeki halal yang didapatkannya, padahal ia sudah berusaha mencarinya dengan maksimal, lalu ia mengikuti hawa nafsunya dengan mencari rezeki dengan cara yang haram, maka hakikatnya ia tidak memahami hakikat perbuatan Allah memberi dan mencegah rezeki. Ketahuilah, bahwa Allah tidaklah sama dengan makhluk-Nya, Allah berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
“Tidak ada sesuatupun yang sama dengan Dia” (Asy-Syuuraa:11).
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullahmenjelaskan tentang hakikat Allah memberi dan mencegah rezeki,
“Demikianlah Ar-Rabb (Allah)Subhanahu, tidaklah mencegah hamba-Nya yang beriman mendapatkan sesuatu dari dunia, melainkan memberinya rezeki yang lebih utama dan lebih bermanfaat, dan hal itu tidaklah didapatkan oleh selain Mukmin. Karena sesungguhnya, Allah mencegah seorang mukmin dari mendapatkan suatu jatah rezeki yang rendah dan sepele dan tidak meridhoi itu untuknya dengan tujuan untuk memberinya bagian rezeki yang lebih tinggi dan mahal. Sedangkan seorang hamba, disebabkan ketidaktahuannya terhadap perkara yang bermanfaat bagi dirinya dan terhadap kedermawanan, kebijaksanaan dan kelembutan Rabb nya, maka ia tidak mengetahui perbedaan antara sesuatu yang ia tercegah dari mendapatkannya, dengan sesuatu yang disimpan untuknya, bahkan ia sangat tergiur dengan kenikmatan (duniawi) yang disegerakan walaupun rendah nilainya, dan (sebaliknya) begitu rendahnya kecintaannya kepada kenikmatan (abadi/pahala) yang ditunda walaupun tinggi nilainya. Kalau seandainya, seorang hamba itu bersikap adil dalam memandang Rabb nya -namun, kapankah ia bisa bersikap demikian?- tentu ia akan mengetahui bahwa karunia-Nya untuknya yang terdapat di dalam pencegahan-Nya (kepadanya) dari (mendapatkan) dunia dan kelezatannya serta kenikmatannya hakikatnya lebih agung daripada karunia-Nya untuknya yang terdapat di dalam pemberian-Nya berupa dunia tersebut. Jadi, tidaklah Allah mencegah hamba tersebut (dari mendapatkan sebagian dari dunia) kecuali untuk memberinya (rezeki yang lebih tinggi), tidaklah menimpakan kepadanya cobaan kecuali untuk menjaganya (dari keburukan), tidaklah mengujinya kecuali untuk mensucikannya (dari dosa), tidaklah mematikannya (di dunia) kecuali untuk menghidupkannya (di Surga)” (Fawaidul Fawaid , libnil Qoyyim, Syaikh Ali Hasan Al-Halabi, hal. 83).
4. Jenis rezeki yang terpenting
Dalam artikel Macam-macam rezeki dan Faidah dari mengimani Nama الرَزَّاقُ (Ar-Razzaaq), telah disebutkan perbedaan antara rezeki umum dengan yang khusus, sebagai berikut kesimpulannya:
Rezeki Allah terbagi dua umum dan khusus.Rezeki umum terbagi dua, halal dan haram. Berarti orang kafir atau muslim yang fasik, yang mencari atau memakan rezeki yang haram, ia dikatakan telah terpenuhi jatah rezekinya, namun ia tetap dikatakan berdosa karena mencari atau memakan rezeki yang haram.Rezeki khusus terbagi dua, rezeki hati (ilmu dan amal) dan badan (rezeki dunia yang halal).Rezeki hati adalah tujuan terbesar dan yang terpenting, sedangkan rezeki badan adalah sarana menuju kepada tujuan terbesar tersebut, maka jangan terlena dengan sarana dan lupa tujuan.Barangsiapa diberi dua macam rezeki khusus sekaligus, berarti kebutuhannya telah tercukupi dengan sempurna, baik kebutuhan beragama Islam maupun kebutuhan jasmaninya. Dia menjadi hamba Allah yang berbahagia di dunia dan Akhirat.
Dari penjelasan di atas, dapat kita pahami bahwa rezeki hati, berupa ilmu dan amal adalah tujuan terbesar dan yang terpenting, sedangkan rezeki badan, berupa rezeki dunia yang halal adalah sarana tercapainya tujuan terbesar itu, maka harusnya,
Yang menjadi perhatian utama seorang hamba adalah mendapatkan rizki hati berupa ilmu, petunjuk,iman dan amal.Mencari rezeki badan (duniawi) bagi seorang mukmin, tidak lepas dari konteks mencari rezeki yang terpenting, yaitu rezeki hati (ilmu dan amal), karena rezeki badan sarana bagi rezeki hati, ditambah lagi bahwa tujuan pemberian rezeki adalah untuk digunakan beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla.Tidak mencari rezeki yang haram, karena terdapat ancaman yang keras bagi pelakunya.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang akibat pekerjaan yang haram, silahkan Anda membaca tulisan Al-Ustadz Muhammad Tausikal hafizhahullah dihttp://rumaysho.com/muamalah/mencari-pekerjaan-yang-halal-9616
***
Referensi:
Al-Haqqul Waadhihul Mubiin, Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di, PDFFawaidul Fawaid ,libnil Qoyyim, Syaikh Ali Hasan Al-Halabi.Miftahu Daris Sa’adah, Ibnul QoyyimTafsir Abdur Rahman As-Sa’di.
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Artikel Muslim.Or.Id

ShareTweet+ 1Mail
Related
Membuka Pintu Rizki dengan Istighfar
Segala puji bagi Allah, Shalawat dan salam semoga tercurah pada Rasulullah. “AJIMAT ROJO BRONO: Suatu ritual khusus yang apabila Anda…
Memahami Dua Jenis Rezeki
“Alhamdulillah, baru saja dapat rezeki”. Ketika mendengar kalimat ini, kebanyakan orang berpikir bahwa obyek yang sedang dibicarakan dalam kalimat tersebut…
Previous PostAr Razzaaq, Yang Banyak Memberi Rezeki (3)
Next PostMewaspadai Sifat Munafik
Copyright © Yayasan Pendidikan Islam Al Atsa
Mengapa Mencari Rezeki Yang Haram Padahal Rezeki Telah Dijamin?

Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du:
Tak pernah merasa kekurangan sedikitpun karena Allah Maha Banyak Memberi rezeki
Sebagaimana sudah diketahui dari artikel sebelumnya, bahwa Allah Ta’alaadalah اَلرَّزَّاقُ (Ar-Razzaq [Yang Banyak Memberi rezeqi]) karena اَلرَّزَّاقُ merupakan bentuk mubalaghah (penyangatan) dari kata اَلرَّازِقُ (Pemberi rezeki), maka ini menunjukkan kepada makna banyak. Yaitu menunjukkan banyaknya rezeki yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya dan juga menunjukkan banyaknya hamba-hamba-Nya yang mendapatkan rezeki tersebut.
Sehingga اَلرَّزَّاقُ (Ar-Razzaq) artinya Yang Banyak Memberi rezeqi. Dia memberi rezeki yang satu kemudian rezeki yang lain dalam jumlah yang sangat banyak untuk seluruh makhluk-Nya.
Setiap makhluk yang berjalan di muka bumi ini pasti diberi rezeki, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
“Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (Huud: 6).
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’dirahimahullah berkata,
أي: جميع ما دب على وجه الأرض، من آدمي، أو حيوان بري أو بحري، فالله تعالى قد تكفل بأرزاقهم وأقواتهم، فرزقهم على الله
“Maksudnya, seluruh yang berjalan di muka bumi ini, baik dari kalangan manusia (keturunan Nabi Adam ‘alaihis salam), maupun binatang, baik binatang darat maupun laut, maka Allah Ta’ala telah menjamin rezeki dan makanan mereka. Jadi, rezeki mereka dijamin oleh Allah” (Tafsir As-Sa’di, hal. 422).
Berarti kita harus meyakini bahwa rezeki kita sudah dijamin oleh AllahTa’ala. Bahkan rezeki kita telah ditulis sebelum kita terlahir di dunia ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ
“Kemudian diutuslah Malaikatkepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Rezeki yang telah ditulis untuk kita pasti akan sampai ke kita. Tidaklah mungkin satu suap makanan yang sudah menjadi jatah kita akan masuk ke mulut orang lain. Seseorang tidaklah akan mati jika masih ada satu butir nasi saja yang menjadi jatahnya belum ia makan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ
“Wahai manusia bertakwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik dalam mencari rezeki, karena tidaklah suatu jiwa akan mati hingga terpenuhi rezekinya, walau lambat rezeki tersebut sampai kepadanya, maka bertakwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik dalam mencari rezeki, ambillah rezeki yang halal dan tinggalkanlah rezeki yang haram” (HR. Ibnu Majah, dan Syaikh Al-Albani menshahihkannya).
Seandainya sekarang seluruh manusia bersepakat untuk menghalangi rezeki yang yang telah Allah tetapkan untuk Anda, maka pastilah mereka akan gagal. Sebaliknya, sekarang seandainya seluruh manusia bersepakat untuk memberi Anda sesuatu yang tidak Allah tetapkan untuk Anda, maka pastilah mereka tidak akan mampu melakukannya.
اللهم لا مانع لما أعطيت و لا معطي لما منعت
“Ya Allah, tidak ada satupun yang mampu mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak pula ada satupun yang mampu memberi sesuatu yang Engkau cegah” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, serta yang lainnya).
Jatah rezeki Anda sudah ditetapkan, maka tidak ada alasan bagi Anda untuk merasa kekurangan. Bukankah tidak ada satu pun dari makhluk yang mampu mengurangi jatah rezeki Anda? Jika demikian, maka tidak mungkin jatah Anda bisa berkurang. Mengapa harus merasa kekurangan?
Jika Anda mengatakan “Tapi, rezeki yang saya dapatkan sedikit, jadi saya merasa kurang, cari rezeki halal sulit dan lama kayanya! Saya ingin cepat kaya! Rezeki haram lebih cepat dan mudah didapat, apa boleh buat!” Maka kami katakan kepada Anda “Mengapa harus menerjang yang haram padahal rezeki telah dijatah?”
Ketahuilah! Bahwa orang yang merasa tidak puas dengan rezeki halal yang didapatkannya selama ini dan merasa kurang, lalu mencarinya dengan cara yang haram, ini setidaknya ada tiga kemungkinan:
Ia malas mencari rezeki dengan cara yang halal atau kurang sungguh-sungguh dalam bekerja.Ia sudah bekerja maksimal dalam mencari rezeki yang halal, tapi masih merasa kurang.Ia sudah kaya, tapi masih pula merasa kurang.
Nasihat untuk orang yang pertama, hakikatnya ia sangatlah tidak pantas merasa kekurangan, karena ia belum berusaha dengan maksimal. Adapun untuk orang yang kedua dan ketiga, maka setidaknya ada dua kemungkinan penyebabnya:
Ia sudah tahu sikap dan prinsip hidup seorang muslim yang benar dalam masalah rezeki, lalu nekadmelanggarnya.Kurang atau tidak tahu sama sekali tentang sikap dan prinsip itu, sehingga ia terjatuh kedalam pelanggaran.
Wabillaahi nasta’iin, penjelasan berikut, semoga bisa menjadi obatnya.
Sikap yang benar terhadap rezeki
1. Rezeki atas kehendak Allah ‘Azza wa Jalla
Sikap yang harus dimiliki oleh setiap muslim terhadap rezeki adalah Allah-lah satu-satunya Sang Pemilik dan Pemberi rezeki hamba-hamba-Nya. Maka di dalam membagikan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, sesuai dengan kehendak-Nya. Allah memberi sebagian makhluk dan mencegah pemberian untuk sebagian yang lain sesuai dengan ilmu, hikmah (kebijaksanaan), dan keadilan-Nya. Demikian juga masalah banyaknya rezeki yang diberikan kepada para hamba-Nya, Allah memberikan kepada sebagian mereka rezeki yang banyak, sedangkan kepada sebagian yang lain sedikit saja. Semua terserah Allah Yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana, Allah tidak akan pernah zalim kepada mereka. Karena semuanya sesuai dengan ilmu,hikmah (kebijaksanaan) dan keadilan-Nya. Oleh karena itu Allah berfirman,
وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Dan Allah memberi rizki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas” (Al-Baqarah: 212).
Syaikh Abdur Rahmân bin Nashir as-Sa’di rahimahullah menjelaskan,
ولما كانت الأرزاق الدنيوية والأخروية, لا تحصل إلا بتقدير الله, ولن تنال إلا بمشيئة الله، قال تعالى: { وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ}
“Tatkala rezeki duniawi maupun rizki akhirat tidak akan dapat diperoleh kecuali dengan takdir Allah dan tidak bisa didapatkan kecuali dengan kehendak Allah, maka Allah pun berfirman {وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ}” (Tafsir As-Sa’di, hal. 95).
Allah Maha Mengetahui tentang orang yang jika dikayakan, maka kekayaannya membuatnya melupakan Allah. Dan Allah pun Maha Mengetahui bahwa ada orang yang jika dijadikan miskin, ia mampu bersabar dan beribadah kepada-Nya.
Jika ini dipahami, maka seorang hamba tidak protes terhadap jatah rezekinya, bahkan qona’ah (menerima dan rela) atas jatah rezekinya sembari meyakini bahwa hal ini adalah pilihan Allah yang terbaik baginya. Ia meyakini juga bahwa Allah lebih mengetahui dan lebih sayang terhadap diri hamba-Nya daripada hamba itu sendiri. Dengan demikian ia tidak nekad menerjang yang haram. Walaupun rezeki halal yang diperolehnya sedikit, namun itu adalah yang terbaik bagi dirinya.
2. Tujuan penciptaan (tujuan hidup) dan tujuan pemberian rezeki
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyahrahimahullah berkata,
إنما خَلَقَ الله الخَلْقَ، ليَعبُدوه، وإنما خَلَقَ الرزقَ لهم ليَسْتَعِيُنوا به على عبادته
“Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk hanya untuk beribadah kepada-Nya dan Allah menciptakan rezeki untuk mereka semata-mata agar mereka gunakan rezeki tersebut untuk beribadah kepada-Nya” (Majmu’ul Fatawa Imam Ibnu Taimiyyah, kitabul Iman, dari http://madrasato-mohammed.com/book232.htm).
Jika seseorang tahu tujuan hidupnya dan tujuan Allah memberinya rezeki, maka ia akan membenci rezeki haram dan tidak mau mencari rezeki haram, karena rezeki haram tidak bisa ia gunakan untuk beribadah kepada Rabbnya, bahkan menyebabkan datangnya siksa Allah. Jika memperoleh rezeki yang halal pun ia tidak gunakan secara berlebihan, sehingga ia merasa cukup dengan rezeki yang halal dan tidak membutuhkan rezeki yang haram.
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan bahwa sikap seorang mukmin yang benar berbeda dengan sikap hidup orang-orang kafir:
بخلاف المؤمن فإنه وان نال من الدنيا وشهواتها فإنه لا يستمتع بنصيبه كله ولا يذهب طيباته في حياته الدنيا بل ينال منها ما ينال منها ليتقوى به على التزود لمعاده
“Lain halnya dengan seorang mukmin, meskipun mendapatkan perolehan dunia (yang halal) dan kesenangannya, namun tidak akan ia pergunakan untuk bersenang-senang semata, dan tidak akan ia pergunakan untuk menghilangkan kebaikan-kebaikannya selama hidup di dunia. Tetapi akan ia pergunakan perolehan dunia (yang halal) itu untuk memperkuat diri dalam mencari bekal di akhiratnya kelak” (Miftahu Daris Sa’adah, Ibnul Qoyyim, hal. 197).
Jadi, profil seorang mukmin adalahboro-boro mencari rezeki yang haram, memperoleh rezeki yang halal saja, ia pergunakan dengan baik untuk beribadah kepada Allah.
3. Memahami hakikat Allah memberi dan mencegah rezeki
Orang yang tidak puas dengan rezeki halal yang didapatkannya, padahal ia sudah berusaha mencarinya dengan maksimal, lalu ia mengikuti hawa nafsunya dengan mencari rezeki dengan cara yang haram, maka hakikatnya ia tidak memahami hakikat perbuatan Allah memberi dan mencegah rezeki. Ketahuilah, bahwa Allah tidaklah sama dengan makhluk-Nya, Allah berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
“Tidak ada sesuatupun yang sama dengan Dia” (Asy-Syuuraa:11).
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullahmenjelaskan tentang hakikat Allah memberi dan mencegah rezeki,
“Demikianlah Ar-Rabb (Allah)Subhanahu, tidaklah mencegah hamba-Nya yang beriman mendapatkan sesuatu dari dunia, melainkan memberinya rezeki yang lebih utama dan lebih bermanfaat, dan hal itu tidaklah didapatkan oleh selain Mukmin. Karena sesungguhnya, Allah mencegah seorang mukmin dari mendapatkan suatu jatah rezeki yang rendah dan sepele dan tidak meridhoi itu untuknya dengan tujuan untuk memberinya bagian rezeki yang lebih tinggi dan mahal. Sedangkan seorang hamba, disebabkan ketidaktahuannya terhadap perkara yang bermanfaat bagi dirinya dan terhadap kedermawanan, kebijaksanaan dan kelembutan Rabb nya, maka ia tidak mengetahui perbedaan antara sesuatu yang ia tercegah dari mendapatkannya, dengan sesuatu yang disimpan untuknya, bahkan ia sangat tergiur dengan kenikmatan (duniawi) yang disegerakan walaupun rendah nilainya, dan (sebaliknya) begitu rendahnya kecintaannya kepada kenikmatan (abadi/pahala) yang ditunda walaupun tinggi nilainya. Kalau seandainya, seorang hamba itu bersikap adil dalam memandang Rabb nya -namun, kapankah ia bisa bersikap demikian?- tentu ia akan mengetahui bahwa karunia-Nya untuknya yang terdapat di dalam pencegahan-Nya (kepadanya) dari (mendapatkan) dunia dan kelezatannya serta kenikmatannya hakikatnya lebih agung daripada karunia-Nya untuknya yang terdapat di dalam pemberian-Nya berupa dunia tersebut. Jadi, tidaklah Allah mencegah hamba tersebut (dari mendapatkan sebagian dari dunia) kecuali untuk memberinya (rezeki yang lebih tinggi), tidaklah menimpakan kepadanya cobaan kecuali untuk menjaganya (dari keburukan), tidaklah mengujinya kecuali untuk mensucikannya (dari dosa), tidaklah mematikannya (di dunia) kecuali untuk menghidupkannya (di Surga)” (Fawaidul Fawaid , libnil Qoyyim, Syaikh Ali Hasan Al-Halabi, hal. 83).
4. Jenis rezeki yang terpenting
Dalam artikel Macam-macam rezeki dan Faidah dari mengimani Nama الرَزَّاقُ (Ar-Razzaaq), telah disebutkan perbedaan antara rezeki umum dengan yang khusus, sebagai berikut kesimpulannya:
Rezeki Allah terbagi dua umum dan khusus.Rezeki umum terbagi dua, halal dan haram. Berarti orang kafir atau muslim yang fasik, yang mencari atau memakan rezeki yang haram, ia dikatakan telah terpenuhi jatah rezekinya, namun ia tetap dikatakan berdosa karena mencari atau memakan rezeki yang haram.Rezeki khusus terbagi dua, rezeki hati (ilmu dan amal) dan badan (rezeki dunia yang halal).Rezeki hati adalah tujuan terbesar dan yang terpenting, sedangkan rezeki badan adalah sarana menuju kepada tujuan terbesar tersebut, maka jangan terlena dengan sarana dan lupa tujuan.Barangsiapa diberi dua macam rezeki khusus sekaligus, berarti kebutuhannya telah tercukupi dengan sempurna, baik kebutuhan beragama Islam maupun kebutuhan jasmaninya. Dia menjadi hamba Allah yang berbahagia di dunia dan Akhirat.
Dari penjelasan di atas, dapat kita pahami bahwa rezeki hati, berupa ilmu dan amal adalah tujuan terbesar dan yang terpenting, sedangkan rezeki badan, berupa rezeki dunia yang halal adalah sarana tercapainya tujuan terbesar itu, maka harusnya,
Yang menjadi perhatian utama seorang hamba adalah mendapatkan rizki hati berupa ilmu, petunjuk,iman dan amal.Mencari rezeki badan (duniawi) bagi seorang mukmin, tidak lepas dari konteks mencari rezeki yang terpenting, yaitu rezeki hati (ilmu dan amal), karena rezeki badan sarana bagi rezeki hati, ditambah lagi bahwa tujuan pemberian rezeki adalah untuk digunakan beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla.Tidak mencari rezeki yang haram, karena terdapat ancaman yang keras bagi pelakunya.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang akibat pekerjaan yang haram, silahkan Anda membaca tulisan Al-Ustadz Muhammad Tausikal hafizhahullah dihttp://rumaysho.com/muamalah/mencari-pekerjaan-yang-halal-9616
***
Referensi:
Al-Haqqul Waadhihul Mubiin, Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di, PDFFawaidul Fawaid ,libnil Qoyyim, Syaikh Ali Hasan Al-Halabi.Miftahu Daris Sa’adah, Ibnul QoyyimTafsir Abdur Rahman As-Sa’di.
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Artikel Muslim.Or.Id

ShareTweet+ 1Mail
Related
Membuka Pintu Rizki dengan Istighfar
Segala puji bagi Allah, Shalawat dan salam semoga tercurah pada Rasulullah. “AJIMAT ROJO BRONO: Suatu ritual khusus yang apabila Anda…
Memahami Dua Jenis Rezeki
“Alhamdulillah, baru saja dapat rezeki”. Ketika mendengar kalimat ini, kebanyakan orang berpikir bahwa obyek yang sedang dibicarakan dalam kalimat tersebut…
Previous PostAr Razzaaq, Yang Banyak Memberi Rezeki (3)
Next PostMewaspadai Sifat Munafik
Copyright © Yayasan Pendidikan Islam Al Atsa
ITULAH MENGAPA ALLAH MENIKAHKANMU DENGANNYA
ITULAH MENGAPA ALLAH MENIKAHKANMU
DENGANNYA
Oleh : Kiki Barkiyah
Mungkin suamimu tak pandai berkata apalagi merayu dengan romantisme karya
sastra... Tapi mungkin dengan cara itulah Allah menjaga lisannya...
Menjauhkannya dari fitnah dunia yang tak halal baginya...
Mungkin suamimu tak pandai berkata..
Tapi heningnya menahan kita banyak bicara.. Memutus rantai kalimat
sanggahan yang lahirkan perkara.. Sehingga keseimbangan suasana lebih terjaga..
Andai saja Allah ciptakan sebaliknya, mungkin rumahmu bagai arena tarung laga
Ah.... itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya Mungkin istrimu tak berparas
mempesona Apalagi secantik selebritis di warta berita.. Tapi mungkin lisannya
selalu berucap kata mutiara yang terpancar dari jiwa yang terjaga...
Andai saja Allah menciptakan sebaliknya Mungkin hatimu tak tenang saat jauh
darinya Ah..... itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya Mungkin suamimu
bukanlah saudagar kaya yang membawa pulang limpahan laba hasil usaha... Namun
meskipun besarannya begitu sederhana...
Mungkin ia selalu menjaga kehalalan apa yang dibawa.. Mungkin suamimu
bukanlah pejabat yang bertahta, yang dihormati dan dipuja bawahannya Tapi
mungkin dibalik kedudukannya yang biasa, ia mampu menjadi imam bagi keluarga
Andai saja Allah menciptakan sebaliknya, Mungkin belum tentu ia miliki derajat
takwa Ah..... itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya Mungkin istrimu bukanlah
koki istimewa yang masakannya selezat pujasera...
Tapi mungkin ia pandai mendidik buah hatinya, memahat pribadi yang
berkarater mulia. Mungkin istrimu bukanlah koki istimewa, Yang
terkadang masakannya itu-itu saja Tapi mungkin ia pandai mengatur alokasi
harta, sehingga pemberianmu tak terhambur percuma Andai saja Allah menciptakan
sebaliknya Mungkin kecintaanmu akan terlalu berlebih padanya... Melebihi
cintamu pada Allah sang pemberi karunia.. Ah.... itulah mengapa Allah
menikahkanmu dengannya...
Mungkin suamimu tak pandai terlibat merawat anaknya... Sehingga terlihat
kau melakukan semuanya Tapi mungkin ia sabar membantumu... meringankan
pekerjaan rumah tangga.. Sehingga semua terlaksana dengan kerja sama.. Mungkin
suamimu tak pandai terlibat merawat anaknya... Sehingga terlihat minim perannya
dalam keluarga...
Tapi mungkin ia sangat keras bekerja Sehingga nafkah telah cukup terpenuhi
lewat dirinya... Andai saja Allah menciptakan sebaliknya Mungkin banyak para
gadis menanti dipinang menjadi yang kedua Jika suamimu terlalu sempurna... Aaa....
itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya...
Mungkin istrimu tak mahir dalam mengurus rumah tangga.. Tak mampu menyulap
rumah menjadi rapi tertata... Tapi mungkin ia begitu cerdas menguasai
matematika... Sehingga anak yang cerdas dalam eksakta terlahir dari rahimnya
karena genetika... Mungkin istrimu tak mahir dalam mengurus rumah tangga..
Menambah sedikit tugasmu dalam membantunya bekerja..
Tapi mungkin ia begitu taat dalam beragama.. Membimbing anak-anak dalam kerangka
syariat agama... Sehingga meringankan kewajibanmu dalam membimbing keluarga
Andai saja Allah menciptakan sebaliknya Mungkin engkau merasa tugasmu telah
tertunai sempurna.. Cukup sekedar menyempurnakan nafkah keluarga Aaa.....
itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya Percayalah...... Selalu ada
kebaikan dalam setiap ketetapan Allah Sang Sutradara Maka temukanlah
sebanyak-banyaknya rahasia dibaliknya.. Agar engkau mengerti mengapa Allah
menikahkanmu dengannya...
Jikalau engkau masih sulit menemukan jawabannya... Gantilah kaca matamu
dengan kacamata syukur atas segala karunia... Adalah hakmu jika engkau berharap
Khadijahmu menjadi lebih sempurna... Asalkan kau siap membimbingnya
dengan menjadi Muhammad baginya. #RZMuhasabah
Nasihat yang lebih manis daripada madu
Nasihat yang lebih manis daripada madu
🍯Dikutip dari buku "Lelaki yang Paling Bahagia di Dunia" karangan syaikh Aidh AlQarni 🍯
🍯Dikutip dari buku "Lelaki yang Paling Bahagia di Dunia" karangan syaikh Aidh AlQarni 🍯
0. mulailah harimu dengan sholat fajr dan doa-doa di pagi hari agar kau mendapatkan keberuntungan dan kesuksesan 1. lanjutkan dengan istighfar agar syetan menghindar darimu 2. jangan putus berdoa, karena sesungguhnya doa merupakan tali kesuksesan 3. ingatlah bahwa apapun yg kau katakan akan dicatat oleh malaikat 4. senantiasalah optimis meskipun engkau dalam puncak kesusahan 5.bahwa keindahan jari jemari karena ia terikat dengan tasbih 6. jika engkau menghadapi kegelisahan dan berbagai kegundahan maka ucapkanlah "laa ilaaha illallahu" 7.belilah dengan uang dirhammu (berinfaklah) untuk mendapatkan doa orang fakir dan kecintaan orang miskin 8. sujud panjang dengan khusyuk itu lebih baik daripada istana2 yang megah 9. berfikirlah sebelum berkata, bisa jadi satu perkataanmu bisa mematikan (menyakiti hati orang) 10.berhati hatilah terhadap doa orang yang didholimi dan air mata orang yang terampas haknya 11.sebelum engkau membaca buku, koran dan majalah, bacalah terlebih dahulu AlQur'an 12. jadilah kau sebab bagi keistiqomahan keluargamu 13.bersungguh - sungguhlah jiwamu melaksanakan ketaatan, karena jiwa manusia itu senantiasa mengajak kepada keburukan 14.ciumlah telapak tangan kedua orangtuamu, kau pasti mendapatkan keridhoan 15.baju-baju lamamu merupakan baju baju baru menurut orang orang fakir 16.janganlah kau marah, karena hidup ini sangat singkat dari yang kau bayangkan 17.Engkau senantiasa bersama dzat yang maha kuat maha kaya, dialah Allah 'azza wa jalla, 18.jangan kau tutup pintu terkabulnya doa dengan melakukan maksiat 19.sholat adalah sebaik baik penolongmu dalam menghadapi berbagai musibah dan kelelahan 20.hindari berburuk sangka, kau akan mendapatkanya ketenangan dan kenyamanan 21. penyebab dari segala kegundahan adalah berpaling dari ALLAH..
SEPATU
SEPATU
Seorang bapak tua hendak menaiki bus. Pada saat ia menginjakkan kakinya ke tangga bus, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke jalan. Sementara itu pintu bus lalu tertutup dan bus langsung bergerak, shg si bapak tua tdk bisa memungut sepatu yg terlepas tadi. Dengan tenang si bapak tua itu melepas sepatunya yg sebelah dan melemparkannya keluar jendela. Seorang pemuda yg duduk dlm bus melihat kejadian itu, dan bertanya kpd si bapak tua ”Mengapa bapak melemparkan sepatu yg sebelah juga?”. Si bapak tua sambil tersenyum menjawab ringan, “Supaya siapapun yg menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya, itu sepatu baru dan bagus. Jgn sampai sepatuku kehilangan pasangannya. Sepatu adalah pasangan terbaik, coba perhatikan saja :
▶Bentuknya pasangannya tak persis sama namun serasi. Ribuan sepatu di depan mesjid, pasangannya cuma satu.
▶Saat dipakai berjalan gerakan bisa berbeda tapi tujuannya sama. Kiri-kanan !, kiri-kanan !
▶Tak pernah nuntut untuk berganti posisi, namun saling melengkapi. Yg satu loncat, yg lain mengikuti.
▶Sll sederajat tak ada yg lebih rendah atau tinggi. Satu naik tangga pasangannya mengikuti
▶Bila yg satu hilang yg lain tak memiliki arti.
Si Anak muda masih penasaran. “Tapi bapak koq tidak kelihatan susah kehilangan sesuatu walaupun sepatu punya nilai yang tinggi?”. Si Bapak tersenyum santai. “Ah, Anak muda ketahuilah, HARTA Cuma TITIPAN.-- NYAWA Cuma PINJAMAN.-- Allah bisa mengambilnya sewaktu-waktu, kapan saja"
Seorang bapak tua hendak menaiki bus. Pada saat ia menginjakkan kakinya ke tangga bus, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke jalan. Sementara itu pintu bus lalu tertutup dan bus langsung bergerak, shg si bapak tua tdk bisa memungut sepatu yg terlepas tadi. Dengan tenang si bapak tua itu melepas sepatunya yg sebelah dan melemparkannya keluar jendela. Seorang pemuda yg duduk dlm bus melihat kejadian itu, dan bertanya kpd si bapak tua ”Mengapa bapak melemparkan sepatu yg sebelah juga?”. Si bapak tua sambil tersenyum menjawab ringan, “Supaya siapapun yg menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya, itu sepatu baru dan bagus. Jgn sampai sepatuku kehilangan pasangannya. Sepatu adalah pasangan terbaik, coba perhatikan saja :
▶Bentuknya pasangannya tak persis sama namun serasi. Ribuan sepatu di depan mesjid, pasangannya cuma satu.
▶Saat dipakai berjalan gerakan bisa berbeda tapi tujuannya sama. Kiri-kanan !, kiri-kanan !
▶Tak pernah nuntut untuk berganti posisi, namun saling melengkapi. Yg satu loncat, yg lain mengikuti.
▶Sll sederajat tak ada yg lebih rendah atau tinggi. Satu naik tangga pasangannya mengikuti
▶Bila yg satu hilang yg lain tak memiliki arti.
Si Anak muda masih penasaran. “Tapi bapak koq tidak kelihatan susah kehilangan sesuatu walaupun sepatu punya nilai yang tinggi?”. Si Bapak tersenyum santai. “Ah, Anak muda ketahuilah, HARTA Cuma TITIPAN.-- NYAWA Cuma PINJAMAN.-- Allah bisa mengambilnya sewaktu-waktu, kapan saja"
HALAL BUAT KAMI, HARAM BUAT TUAN
HALAL
BUAT KAMI, HARAM BUAT TUAN
.
Adalah ulama Abu Abdurrahman Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali al Marwazi [1] ulama terkenal di makkah yang menceritakan riwayat ini. Suatu ketika, setelah selesai menjalani salah satu ritual haji, ia beristirahat dan tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit. Ia mendengar percakapan mereka, “Berapa banyak yang datang tahun ini?” tanya malaikat kepada malaikat lainnya. “Tujuh ratus ribu,” jawab malaikat lainnya. “Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?” “Tidak satupun” Percakapan ini membuat Abdullah gemetar. “Apa?” ia menangis dalam mimpinya. “Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?” Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar cerita kedua malaikat itu. “Namun ada seseorang, yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni .
Berkat dia seluruh haji mereka diterima oleh Allah.” “Kok bisa” “Itu Kehendak Allah” “Siapa orang tersebut?” “Sa’id bin Muhafah[2], tukang sol sepatu di kota Damsyiq (damaskus sekarang)” Mendengar ucapan itu, ulama itu langsung terbangun. Sepulang haji, ia tidak langsung pulang kerumah, tapi langsung menuju kota Damaskus, Siria. Sampai disana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apa memang ada tukang sol sepatu yang namanya Sa’id bin Muhafah. “Ada, ditepi kota” Jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya. Sesampai disana ulama itu menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh, “Benarkah anda bernama Sa’id bin Muhafah?” tanya Ulama itu “Betul, siapa tuan?” “Aku Abdullah bin Mubarak” Said pun terharu, "bapak adalah ulama terkenal, ada apa mendatangi saya?” Sejenak Ulama itu kebingungan, dari mana ia memulai pertanyaanya, akhirnya iapun menceritakan perihal mimpinya. “Saya ingin tahu, adakah sesuatu yang telah anda perbuat, sehingga anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur?” “Wah saya sendiri tidak tahu!” “Coba ceritakan bagaimana kehidupan anda selama ini Maka Sa’id bin Muhafah bercerita. “Setiap tahun, setiap musim haji, aku selalu mendengar : Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika. Innal hamda wanni’mata laka wal mulka. laa syarika laka. Ya Allah, aku datang karena panggilanMu. Tiada sekutu bagiMu. Segala ni’mat dan puji adalah kepunyanMu dan kekuasaanMu. Tiada sekutu bagiMu. Setiap kali aku mendengar itu, aku selalu menangis Ya allah aku rindu Mekah Ya Allah aku rindu melihat kabah Ijinkan aku datang….. ijinkan aku datang ya Allah..
Oleh karena itu, sejak puluhan tahun yang lalu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya, sebagai tukang sol sepatu. Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Akhirnya pada tahun ini, saya punya 350 dirham, cukup untuk saya berhaji. “Saya sudah siap berhaji” “Tapi anda batal berangkat haji” “Benar” “Apa yang terjadi?” “Istri saya hamil, dan sering ngidam. Waktu saya hendak berangkat saat itu dia ngidam berat” “Suami ku, engkau mencium bau masakan yang nikmat ini? “ya sayang” “Cobalah kau cari, siapa yang masak sehingga baunya nikmat begini. Mintalah sedikit untukku” "Ustadz, sayapun mencari sumber bau masakan itu. Ternyata berasal dari gubug yang hampir runtuh. Disitu ada seorang janda dan enam anaknya. Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin masakan yang ia masak, meskipun sedikit. Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan “tidak boleh tuan” “Dijual berapapun akan saya beli” “Makanan itu tidak dijual, tuan” katanya sambil berlinang mata.
Akhirnya saya tanya kenapa? Sambil menangis, janda itu berkata “daging ini halal untuk kami dan haram untuk tuan” katanya. Dalam hati saya: Bagaimana ada makanan yang halal untuk dia, tetapi haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim? Karena itu saya mendesaknya lagi “Kenapa?” “Sudah beberapa hari ini kami tidak makan. Dirumah tidak ada makanan. Hari ini kami melihat keledai mati, lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk dimasak. “Bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakannya kami akan mati kelaparan. Namun bagi Tuan, daging ini haram". Mendengar ucapan tersebut spontan saya menangis, lalu saya pulang. Saya ceritakan kejadian itu pada istriku, diapun menangis, kami akhirnya memasak makanan dan mendatangi rumah janda itu.
“Ini masakan untuk mu” Uang peruntukan Haji sebesar 350 dirham pun saya berikan pada mereka.” Pakailah uang ini untuk mu sekeluarga. Gunakan untuk usaha, agar engkau tidak kelaparan lagi”
Ya Allah……… disinilah Hajiku
Ya Allah……… disinilah Mekahku.
Mendengar cerita tersebut Abdullah bin Mubarak tak bisa menahan air mata.
“Kalau begitu engkau memang patut mendapatkannya"... MasyaAllah...
.
Adalah ulama Abu Abdurrahman Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali al Marwazi [1] ulama terkenal di makkah yang menceritakan riwayat ini. Suatu ketika, setelah selesai menjalani salah satu ritual haji, ia beristirahat dan tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit. Ia mendengar percakapan mereka, “Berapa banyak yang datang tahun ini?” tanya malaikat kepada malaikat lainnya. “Tujuh ratus ribu,” jawab malaikat lainnya. “Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?” “Tidak satupun” Percakapan ini membuat Abdullah gemetar. “Apa?” ia menangis dalam mimpinya. “Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?” Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar cerita kedua malaikat itu. “Namun ada seseorang, yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni .
Berkat dia seluruh haji mereka diterima oleh Allah.” “Kok bisa” “Itu Kehendak Allah” “Siapa orang tersebut?” “Sa’id bin Muhafah[2], tukang sol sepatu di kota Damsyiq (damaskus sekarang)” Mendengar ucapan itu, ulama itu langsung terbangun. Sepulang haji, ia tidak langsung pulang kerumah, tapi langsung menuju kota Damaskus, Siria. Sampai disana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apa memang ada tukang sol sepatu yang namanya Sa’id bin Muhafah. “Ada, ditepi kota” Jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya. Sesampai disana ulama itu menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh, “Benarkah anda bernama Sa’id bin Muhafah?” tanya Ulama itu “Betul, siapa tuan?” “Aku Abdullah bin Mubarak” Said pun terharu, "bapak adalah ulama terkenal, ada apa mendatangi saya?” Sejenak Ulama itu kebingungan, dari mana ia memulai pertanyaanya, akhirnya iapun menceritakan perihal mimpinya. “Saya ingin tahu, adakah sesuatu yang telah anda perbuat, sehingga anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur?” “Wah saya sendiri tidak tahu!” “Coba ceritakan bagaimana kehidupan anda selama ini Maka Sa’id bin Muhafah bercerita. “Setiap tahun, setiap musim haji, aku selalu mendengar : Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika. Innal hamda wanni’mata laka wal mulka. laa syarika laka. Ya Allah, aku datang karena panggilanMu. Tiada sekutu bagiMu. Segala ni’mat dan puji adalah kepunyanMu dan kekuasaanMu. Tiada sekutu bagiMu. Setiap kali aku mendengar itu, aku selalu menangis Ya allah aku rindu Mekah Ya Allah aku rindu melihat kabah Ijinkan aku datang….. ijinkan aku datang ya Allah..
Oleh karena itu, sejak puluhan tahun yang lalu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya, sebagai tukang sol sepatu. Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Akhirnya pada tahun ini, saya punya 350 dirham, cukup untuk saya berhaji. “Saya sudah siap berhaji” “Tapi anda batal berangkat haji” “Benar” “Apa yang terjadi?” “Istri saya hamil, dan sering ngidam. Waktu saya hendak berangkat saat itu dia ngidam berat” “Suami ku, engkau mencium bau masakan yang nikmat ini? “ya sayang” “Cobalah kau cari, siapa yang masak sehingga baunya nikmat begini. Mintalah sedikit untukku” "Ustadz, sayapun mencari sumber bau masakan itu. Ternyata berasal dari gubug yang hampir runtuh. Disitu ada seorang janda dan enam anaknya. Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin masakan yang ia masak, meskipun sedikit. Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan “tidak boleh tuan” “Dijual berapapun akan saya beli” “Makanan itu tidak dijual, tuan” katanya sambil berlinang mata.
Akhirnya saya tanya kenapa? Sambil menangis, janda itu berkata “daging ini halal untuk kami dan haram untuk tuan” katanya. Dalam hati saya: Bagaimana ada makanan yang halal untuk dia, tetapi haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim? Karena itu saya mendesaknya lagi “Kenapa?” “Sudah beberapa hari ini kami tidak makan. Dirumah tidak ada makanan. Hari ini kami melihat keledai mati, lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk dimasak. “Bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakannya kami akan mati kelaparan. Namun bagi Tuan, daging ini haram". Mendengar ucapan tersebut spontan saya menangis, lalu saya pulang. Saya ceritakan kejadian itu pada istriku, diapun menangis, kami akhirnya memasak makanan dan mendatangi rumah janda itu.
“Ini masakan untuk mu” Uang peruntukan Haji sebesar 350 dirham pun saya berikan pada mereka.” Pakailah uang ini untuk mu sekeluarga. Gunakan untuk usaha, agar engkau tidak kelaparan lagi”
Ya Allah……… disinilah Hajiku
Ya Allah……… disinilah Mekahku.
Mendengar cerita tersebut Abdullah bin Mubarak tak bisa menahan air mata.
“Kalau begitu engkau memang patut mendapatkannya"... MasyaAllah...
Subscribe to:
Posts (Atom)