HALAL
BUAT KAMI, HARAM BUAT TUAN
.
Adalah ulama Abu Abdurrahman Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali al
Marwazi [1] ulama
terkenal di makkah yang menceritakan riwayat
ini.
Suatu ketika, setelah selesai menjalani salah satu ritual haji, ia
beristirahat dan tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua
malaikat yang turun dari langit. Ia mendengar percakapan mereka,
“Berapa banyak yang datang tahun ini?” tanya
malaikat kepada malaikat lainnya.
“Tujuh ratus ribu,” jawab malaikat lainnya.
“Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya
diterima?”
“Tidak satupun”
Percakapan ini membuat Abdullah gemetar.
“Apa?” ia menangis dalam mimpinya.
“Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan
kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana
menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi
sia-sia?”
Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar
cerita kedua malaikat itu.
“Namun ada seseorang, yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji,
tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni .
Berkat dia seluruh haji mereka diterima oleh Allah.”
“Kok bisa”
“Itu Kehendak Allah”
“Siapa orang tersebut?”
“Sa’id bin Muhafah[2], tukang sol sepatu di kota Damsyiq (damaskus
sekarang)”
Mendengar ucapan itu, ulama itu langsung terbangun. Sepulang haji, ia
tidak langsung pulang kerumah, tapi langsung menuju kota Damaskus,
Siria.
Sampai disana ia langsung mencari tukang sol
sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya.
Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apa
memang ada tukang sol sepatu yang namanya
Sa’id bin Muhafah.
“Ada, ditepi kota” Jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjukkan
arahnya. Sesampai disana ulama itu menemukan tukang sepatu yang
berpakaian lusuh,
“Benarkah anda bernama Sa’id bin Muhafah?”
tanya Ulama itu
“Betul, siapa tuan?”
“Aku Abdullah bin Mubarak”
Said pun terharu, "bapak adalah ulama terkenal, ada apa mendatangi
saya?”
Sejenak Ulama itu kebingungan, dari mana ia
memulai pertanyaanya, akhirnya iapun menceritakan perihal mimpinya.
“Saya ingin tahu, adakah sesuatu yang telah
anda perbuat, sehingga anda berhak
mendapatkan pahala haji mabrur?”
“Wah saya sendiri tidak tahu!”
“Coba ceritakan bagaimana kehidupan anda
selama ini
Maka Sa’id bin Muhafah bercerita.
“Setiap tahun, setiap musim haji, aku selalu
mendengar :
Labbaika Allahumma labbaika.
Labbaika la syarika laka labbaika.
Innal hamda wanni’mata laka wal mulka.
laa syarika laka.
Ya Allah, aku datang karena panggilanMu.
Tiada sekutu bagiMu.
Segala ni’mat dan puji adalah kepunyanMu dan
kekuasaanMu.
Tiada sekutu bagiMu.
Setiap kali aku mendengar itu, aku selalu menangis
Ya allah aku rindu Mekah
Ya Allah aku rindu melihat kabah
Ijinkan aku datang…..
ijinkan aku datang ya Allah..
Oleh karena itu, sejak puluhan tahun yang lalu setiap hari saya
menyisihkan uang dari hasil kerja saya, sebagai tukang sol sepatu.
Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Akhirnya pada tahun ini, saya punya
350 dirham, cukup untuk saya berhaji.
“Saya sudah siap berhaji”
“Tapi anda batal berangkat haji”
“Benar”
“Apa yang terjadi?”
“Istri saya hamil, dan sering ngidam. Waktu saya hendak berangkat saat
itu dia ngidam berat”
“Suami ku, engkau mencium bau masakan yang
nikmat ini?
“ya sayang”
“Cobalah kau cari, siapa yang masak sehingga
baunya nikmat begini. Mintalah sedikit untukku”
"Ustadz, sayapun mencari sumber bau masakan itu. Ternyata berasal dari
gubug yang hampir runtuh.
Disitu ada seorang janda dan enam anaknya.
Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin
masakan yang ia masak, meskipun sedikit.
Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan
saya
Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan “tidak boleh tuan”
“Dijual berapapun akan saya beli”
“Makanan itu tidak dijual, tuan” katanya sambil
berlinang mata.
Akhirnya saya tanya kenapa?
Sambil menangis, janda itu berkata “daging ini
halal untuk kami dan haram untuk tuan” katanya.
Dalam hati saya: Bagaimana ada makanan yang halal untuk dia, tetapi
haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim? Karena itu saya
mendesaknya lagi “Kenapa?”
“Sudah beberapa hari ini kami tidak makan.
Dirumah tidak ada makanan. Hari ini kami melihat keledai mati, lalu kami
ambil sebagian dagingnya untuk dimasak.
“Bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakannya
kami akan mati
kelaparan. Namun bagi Tuan, daging ini haram".
Mendengar ucapan tersebut spontan saya
menangis, lalu saya pulang.
Saya ceritakan kejadian itu pada istriku, diapun
menangis, kami akhirnya memasak makanan dan mendatangi rumah janda itu.
“Ini masakan untuk mu”
Uang peruntukan Haji sebesar 350 dirham pun
saya berikan pada mereka.”
Pakailah uang ini untuk mu sekeluarga. Gunakan untuk usaha, agar engkau
tidak kelaparan lagi”
Ya Allah……… disinilah Hajiku
Ya Allah……… disinilah Mekahku.
Mendengar cerita tersebut Abdullah bin Mubarak tak bisa menahan air
mata.
“Kalau begitu engkau memang patut
mendapatkannya"...
MasyaAllah...
No comments:
Post a Comment