GURU MIM BANARAN SAMBUNGMACAN

GURU MIM BANARAN SAMBUNGMACAN

siswa

siswa

.

Q.S. Ali Imran : 104

"DAN HENDAKLAH ADA DI ANTARA KAMU SEGOLONGAN UMAT YANG MENYERU KEPADA KEBAJIKAN, MENYURUH KEPADA YANG MA’RUF DAN MENCEGAH DARI YANG MUNKAR; MEREKALAH ORANG-ORANG YANG BERUNTUNG.” (Q.S. ALI IMRAN [3]: 104)

KH. AHMAD DAHLAN

"HIDUP-HIDUPILAH MUHAMMADIYAH DAN JANGAN MENCARI HIDUP DI MUHAMMADIYAH"

Dibalik Musibah Ada Hikmah

Dibalik Musibah Ada Hikmah

 -------------------------------------
Berulangkali musibah datang silih berganti menerpa negeri yang tercinta ini. Konotasinya musibah selalu diartikan buruk. Padahal sebenarnya yang kita anggap buruk boleh jadi merupakan kebaikan
Dalam bahasa Indonesia musibah diartikan sebagai “bencana”, “kemalangan”, dan “cobaan”. Musibah pada mulanya berarti “sesuatu yang menimpa atau mengenai”. Sebenarnya sesuatu yang menimpa itu tidaklah selalu buruk. Hujan bisa menimpa kita dan itu dapat merupakan sesuatu yang baik sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Firman Allah dalam Alquran pada surah Al Baqarah 216, diungkapkan bahwa boleh jadi sesuatu yang kamu benci padahal itu baik bagimu dan apa saja yang kamu sukai malah bisa buruk bagimu. Alquran mengisyaratkan bahwa tidak disentuh seseorang oleh musibah kecuali karena ulahnya sendiri. Tetapi disisi lain, ketika Alquran berbicara tentang bala atau malapetaka, ada oprang yang mengatakan bahwa musibah itu datang dari Allah Swt. Tidak ada musibah yang terjadi kecuali atas izin Allah ketika kita berbicara tentang bala -yang diartikan sebagai bencana tersebut. Sebenarnya bala pada mulanya berarti “menguji” bisa juga berarti “menampakkan”. Seseorang yang diuji itu dinampakkan kemampuannya dalam menerimanya.
Itu sebabnya Allah Swt. menyatakan: “Allah yang menciptakan hidup dan mati untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al-Mulk: 2). Kita lihat ujian/bala datangnya dari Tuhan. “Kami pasti akan menguji kamu sampai Kami tahu siapa orang-orang yang berjihad di jalan Allah dan bersabar.” (QS. Muhammad: 31).
Ujian Selalu Datang
Allah menurunkan bala tanpa campur tangan manusia. “Kami pasti menurunkan sedikit rasa takut, sedikit rasa lapar… Berilah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 255). Bila ditafsirkan, kira-kira, bahwa ujian itu akan berahir. Kata seorang penulis buku La Tahzan, Aid Al Qorni, bila tali itu telah meregang, maka tunggulah putusnya. Bisa juga kita artikan bahwa bila masa kesulitan itu telah melebihi puncaknya, tunggulah pertolongan Allah yang akan memberikan jalan keluarnya. Karena dalam Alquran juga difirmankan Allah bahwa, kesulitan yang diujikan kepada hambanya, tidak akan melebihi kemampuan manusia. Karenanya, tiadalah guna resah, tiadalah guna gundah gulana. Namun, kita juga diminta untuk berusaha dan bersabar, sekemampuan yang kita miliki.
Manusia seperti kita, seringkali menerima ujian. Ujian itu bisa jadi kita senangi atau kita rasakan sebagai yang tidak disenangi. Bisa jadi kekayaan dan kesehatan justru tidak baik bagi kamu, tetapi malah ujian atas kekurangan seperti harta yang kurang, ujian penderitaan karena sakit justru ada kebaikan di balik itu. Bersabarlah kita atas ujian, pastinya aka nada kebaian setelahnya.
Jangan dulu menduga, saudara-saudara kita yang menderita dan ditimpa musibah itu dibenci Tuhan. Jangan pula menduga yang menderita itu dimurkai Tuhan. Lalu sebaliknya jangan katakan yang berfoya-berfoya dengan kehidupan yang senang dan kemewahan disenangi oleh Allah. Belum tentu. Apalagi, memperoleh harta dari yang tidak diridhoi oleh Allah. Bisa jadi kekayaan akan membawa musibah. Karena itu jangan cepat-cepat berkata bahwa musibah itu murka Allah.
Dalam Alquran, disebutkan: “Dan tidakkah mereka memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak mengambil pelajaran.” (QS. At-Taubah: 126). Melihat kesemua itu, dapatlah kita berkata bahwa ujian itu sebagai rahmat-Nya kepada kita yang hidup, supaya kita ingat kepada Allah, supaya lebih dalam lagi rasa kemanusiaan sesama kita, supaya kita lebih dekat lagi kita kepada Allah, supaya lebih terasa lagi kehadiran Allah dalam setiap sendi kehidupan kita. Wallohua’lam.(*)

No comments:

Post a Comment